THE TRUE STORY
Jejak anak seribu pulau
Perjuangan seorang pemuda untuk memecahkan misteri yang ada di dunia
ini, dipenuhi oleh cobaan dan rintangan yang silih berganti, sejarah, dan
kenyataan.
HISTORY, REAL STORY, AND MISTERY
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan
YME, karena atas karunia-Nya saya bisa mempunyai sebuah ide untuk merangkai
abjad menjadi sebuah kata, kata menjadi suatu kalimat, kalimat menjadi sebuah
paragraph, dan beberapa paragraph menjadi sebuah cerita yang insya allah dapat
menginspirasi kita semua
SMS (salawat menyertai salam) saya
kirimkan kepada sosok lelaki pilihan yang dapat memberikan ilmu sehingga saya
dapat meggoreskan pena pada suatu karya
Sulit membanyangkan ketika saya dapat
menulis sebuah “novel” mengingat sebelumnya saya tidak pernah berniat untuk membuat suatu novel. Membacanya pun
terkadang tidak semua. Tapi Alhamdulillah berkat kemauan, akhirnya saya bisa
juga.
Terima kasih kepada orang tua, guru-guru,
teman-teman, dan kerabat yang telah menginspirasi saya untuk membuat novel.
Terima kasih juga kepada Pak Dhani karena atas lika-liku kehidupannya, beliau
telah menghiasi novel ini.
JEJAK ANAK SERIBU PULAU
OLEH: NURIYAH MAGFIRATUL
PROLOG
MIRACLE IN MARCH
Hari demi hari berganti menjadi sebuah
sejarah baru dalam hidup. Kujalani hari dengan bertatap pada masa depanku yang
merupakan sebuah misteri yang akan kupecahkan dengan caraku sendiri. Memang
sulit ditebak, perjalanan manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri
tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela
menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya akan bertemu dengan laut. Masa
lalu tak akan sama dengan masa yang mendatang. Masa lalu merupakan suatu
pelajaran yang berharga yang menjadikan kenangan yang takkan terlupakan di masa
depan.
3 Maret 1982
“ Ngeak,ngeak…” Suara tangis seorang bayi yang baru lahir terdengar sangat
jelas di telinga orang yang mendengarnya. Memecah indahnya kesunyian malam yang
meraung-raung mengucap syukur kepada sang pencipta
“ Alhamdulillah.” Semua orang yang berada di
sana serentak mengucapkan
Ini merupakan
sebuah kebahagian tersendiri dari pasangan Dedi Sudrajat dan Yuyun Yuningshi
pasalnya telah melahirkan anak keduanya.
“ Aku akan memberi nama anak ini Dhani
Yusup.” Ucap sosok ayah sambil menangis terharu
Yah, nama lengkapku adalah Dhani Yusup.
Panggil saja aku Dhani. Aku merupakan buah hati dari pasangan Dedi Sudrajat dan
Yuyun Yuningshi. Sekarang aku bertempat tinggal di lingkungan yang bisa
dibilang sangat alami. Aku berteman dengan gunung, sungai, dan hamparan
alang-alang yang luas. Dimana lagi kalau bukan di kampong Malahara kabupaten
Timor Timor. Aku bersama keluarga kecilku melakukan imigrasi dari kota Bandung
sekitar 15 tahun yang lalu mengikuti ayah yang bertugas sebagai seorang babinsa1.
&
1Babinsa adalah seorang
tentara yang ditugaskan sebagai Pembina di daerah tersebut
STEP BY STEP
Setelah kepindahan
kami beberapa bulan yang lalu, aku pun mulai merasa bersahabat dengan alam di
lingkungan ini. Mulanya aku tak mau pindah dari alam yang sangat indah itu,
tapi it’s okay deh. Memang terdapat
banyak perbedaan dengan kampong Malahara, tapi tak membuat terus larut dalam
keadaan. Sekarang, letakku di kota Los Palos. Meskipun keadaan masih
kadang-kadang rumit……
Aku sedang melamun di atas kursi kayu kuno
depan rumahnku. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkaku.
“Dhani…..” Terdengar sebuah suara yang
hamper membuat jangtungku tesontak kaget.
“ Iya ibu..” Balasku masih dalam kondisi
kaget
“ Ayo cepat tidur, malam sudah larut.”
Katanya dengan lembut
“ Iya ibu.” Ucapku dengan halus
Malam memang sudah larut. Membuatku juga
terlarut dengan suasana malam yang di temani oleh pancaran sinar bintang yang
tersenyum memandangiku dari atas sana. Aku lalu melangkahkan kaki mungilku
menuju kamar.
“kreek …..” Terdengar suara pintu yang
terbuka dan memunculkan sosok wanita yang berdiri menghampiriku
“Ada apa..?” Tanyaku kepada sosok ibu yang
sangat menyanyangiku
“Maafkan ibu yah nak. Ibu belum bisa
memberikan yang terbaik untukmu.” Kata ibu dengan metikkan air mata yang
membasuhi wajah halusnya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku karena
bingung dan tak berani untuk menatap wajahnya.
“Baiklah. Sekarang kamu tidur yah?” ucapnya
sambil berlalu
Seperti halnya kehidupan, semua pasti
berlalu. Detik berubah menjadi menit, lalu menjadi jam, kemudian berubah
menjadi sebuah hari. Yang mana kita tak tahu hari mana yang membuat kita
tersenyum, tertawa, marah, menangis, dan seribu ekspresi lainnya. Namun satu
yang pasti, kita yang telah membuat hari itu menjadi berwarna.
&
“Kukkuruyyu.” Suara ayam berkokok terdengar
jelas dari pekarangan rumahku. Aku
terbangun dan segera ke kamar mandi untuk melaksanakan sholat subuh.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”Kataku sambil mengakhiri sholat dan menutupnya dengan doa
Setelah
itu aku bergegas mandi, karena hari ini ayah akan mengajak kami jalan-jalan.
Maklum kita jarang bersama karena ayah sangat sibuk. Sebelum itu kami sarapan bersama-sama di ruang
makan.
“ Dhani tolong panggil ayah dan kakak dan
adikmu.” Suruh ibu kepadaku
“ Iya Ibu.” Jawabku yang kebetulan berada di
ruang makan bersama dengan ibu
Aku
membuka kamar ayah dan mendapati ayah sedang shalat dhuha dengan rakaat
terakhir. Aku menunggunya sambil merapikan rambutku yang seikit berantakan di
depan cermin kamar ayah. Tanpa sadar ayah telah selesai sholat.
“ Ada apa Dhani ?” Tanya ayah kepadaku
“
Aku hanya mau memanggil ayah untuk sarapan. Karena makanannya sudah siap, yah.”
Jawabku sambil memperbaiki kancing bajuku.
Hari
ini aku memakai baju kokoh dengan kerah dan kancingan. Dipadu dengan celana
jins dengan dua saku di sisi kanan dan kirinya
“ Oh iya. Makasih yah Dhan.” Kata ayah sambil
tersenyum kepadaku
“
Sama-sama.” Aku menjawab sambil berlalu menuju kamar kakak dan adikku untuk
memanggilnya. Namun sebelum aku membuka pintu, aku mendengar suara di ruang
makan dengan gelak tawa yang menggelegar.
“
Yah, baru mau manggil udah keduluan sampai di ruang makan. Mungkin aku terlalu
lama kali di kamar ayah. Ya udah eh. Sabar aja.” Keluhku di dalam hati
Aku
lalu beranjak dari tempatku menuju ke ruang makan untuk segera makan bersama
dengan keluarga
“
Dhani dari mana saja kamu, perasaan tadi kamu yang duluan berada di ruang makan
deh?” Tanya saudaraku yang paling tua alias kakak
tertuaku
“
Iya sih, tapi aku tadi dari panggil ayah dan kakak, jadi telat deh.” Jawabku
dengan kesal
“
Sudah-sudah. Nggak usah di bahas. Sekarang ayo makan.” Kata Ibu melerai
perdebatan kita.
Kalu
saja Ibu tidak melerainya, mungkin perdebatan kita tambah hebat dan ujung-ujungnya
pasti pertengkaran. Aku dan kakakku memang sering bertengkar. Walaupun kakakku
ini cewek, tap jiwa playboy nya sangat melekat di dirinya. Wajar saja, aku adalah anak kedua dari empat
bersaudara. Jadi, jika ingin bertengkar, kakakku pasti mengajakku, karena
adik-adikku masih kecil. So, nevermind.karena ini juga dapat meningkatkan kualitas bela diri yang diajarkan
oleh ayahku.
&
Sarapan
dengan hidangan lezat pun telah berakhir.
“Sekarang
waktunya kita berangkat….” Kataku dengan senyum dalam hati
Kami
berangkat mengendarai kuda. Seperti halnya yang dilakukan warga kampong ini.
Kalau tidak naik kuda, biasanya kami berjalan rame-rame dengan jarak yang cukup
melelahkan kaki jika menempuhnya. Ya, sekitar 10 km lah. Tapi, saat ini mungkin
keberuntungan ada di pihakku. Jadi, Alhamdulillah kita bisa mengebdarai kuda.
“Ayo
kita berangkat.” Sahut ayah yang mengangkat satu-satu adikku naik
“ Ayo…. “ Kataku dengan semangat empat lima
Dalam
perjalanan aku sangat menikmati indahnya alam yang merupakan anugrah dari sang
maha pencipta. Pegunungan yang membentang, sungai yang memanjang melampaui
indahnya karpet merah yang menggoda, jalan setapak yang merupakan tempat di
mana kita dapat menemukan sang ilahi.
“Oh,
indahnya…” gumamku dalam hati
“
woi, kamu kenapa ? kok melamun?” Tanya kakakku yang sedari tadi memandangiku
“
eh, a…nu… aku nggak apa-apa kok.” Jawabku dengan gagap
“Halah
ngaku aja.” Katanya Sambil menggodaku
“Serius!
Nggak ad apa-apa kok.” Sahutku dengan ketus
“Ganggu
aja deh. Huh!” Kataku dalam hati
Tanpa
terasa, kita pun telah sampai ke tempat tujuan. Setelah itu, kami turun satu
per satu. Dan saat yang ditunggu-tunggu telah datang. Belanja. Kami pun
menyusuri bangunan kokoh dan elegant yang berada ddi setiap sudut kota.
&
“Ini harganya
berapa mbak?” Tanya ibu sambil menunjuk baju daster untu ibu-ibu pada umumnya
kepada wanita paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya mengenakan baju kaos
polos warna hijau tosca dan rok hitam yang kira-kira tidak sampai ke tumitnya.
“Oh, yang itu
harganya dua puluh lima ribu Bu. Kalau ambil dua diskon Bu.” Kata penjual
tersebut sambil menjelaskannya
“oh, gitu ya.
Yaudah saya ambil dua yah mbak.” Sahut Ibu setelah melipat kedua baju tersebut.
“oh, iya Bu.
Jadi, semuanya tiga puluh lima ribu yah Bu.” Kata penjual itu sambil memberi
Ibu kantongan hitam dan uang kembaliannya.
Setelah kami
puas berbelanja dan berkeliling untuk melihat pemandangan, kami pun singgah
untuk mengisi perut yang berteriak kelaparan ini, di warung kesanyangan kami.
Kemudian kami melaju pulang dengan kendaraan tercinta kami.
“Hari yang
minggu yang melelahkan.” Gumamku dalam sanubari
&
Tak terasa,
sekarang kita tiba di rumah sederhana yang memiliki pekarangan luas dengan
pohon pelindung yang berjajar rapi di halaman dan batu-batu kerikil yang menjadi
alasnya. Mampu menyihir semua orang yang melihatnya. Dan, tak lain itu adalah
rumahku. Kami pun turun bersama-sama dan membawa barang belanjaan di tangan
kita masing-masing.
“Assalamu’alaikum.” Ucap ayah setelah
membuka pintu rumah
Setelah itu, aku
berlari menuju kamar dan menghempaskan badan di kasur yang tidak terlalu empuk.
Kemudian aku memejamkan mata.
&
“Bangun nak.”
Sahut seseorang dengan lembut di telingaku membuat mataku yang sedari tadi
terpejam, terbuka secara perlahan-lahan.
“Ini udah jam berapa
bu?” Tanyaku sambil mengucek mataku
“Udah maghrib.
Dari tadi Ibu bangunkan kamu nggak mau bangun.” Ucapnya tanpa spasi membuatku
tak bisa menjawab
“Oh, gitu ya..”
sahutku dengan kalimat terpotong
“Sana gih pergi
mandi. Terus belajar.” Kata ibu sambil berlalu pergi
“Tunggu, Ibu
kayaknya besok aku UN deh.” Kataku sambil mengejutkan ibuku
“Apa? Kamu udah belajar?” kata ibu balik
mengejutkanku dengan suara yang menggelegar
“Udah sih Bu,
beberapa minggu yang lalu. Sekarang tinggal mengulanginya lagi.”
“Oh gitu yah.”
Kata ibu tersenyum sambil mengelus-elus kepalaku.
&
Setelah larut
dengan percakapan bersama ibu, aku pun mandi lalu sholat. Setelah itu, aku
belajar untuk persiapan UN besok dengan ditemani cayaha pelita yang redap-redup
membuatku sulit untuk melihat.
“ Ada lima
kingdom terbesar dalam kehidupan, yaitu animalia, plantae, fungi, monera,
protista. Dan manusia terdapat dalam kingdom animalia yaitu pada spesies
mamalia” Kataku sambil memahami pelajaran yang akan dilaksanakan besok. Ipa
terpadu adalah mata pelarajan yang akan dilaksanakan besok.”
Diantara
nyamannya aku menyenyam pelajaran, terdengar dentingan suara peluru
yang mengerepa karena bentrokan fisik antara TNI dan gelombolan pretelin (GPK).
Rasa takut menjalar dalam tubuh mungilku sampai menusuk ke dasar tulangku,
membuat meringis diantara terangnya pelita yang sedari tadi
dinyalakan.”Dor,dor,dor!” begitulah bunyinya. Karena sudah tak nyaman lagi
dengan itu, aku memutuskan untuk mematikan pelita lalu beranjak menaiki
kasurku.
&
THE FIRST FOR THE LAST EXAMINATION
“Allahu akbar, allahu akbar.” Adzan subuh
berkumandang membuat semua orang di rumahku bangun untuk segera menunaikan
panggilan dari sang pencipta. Aku segera bangun untuk mengambil air wudhu dan
sholat berjamaah dengan keluarga. Ayah sudah berdiri di saf depan dengan
sajadah mengarah ke kiblat. Aku mengikut di saf belakangnya bersama ketiga
saudaraku. Sedangkan ibu berada di saf belakang kami.
“Allahu akbar.” Ayah takbir dan diikuti oleh
jamaahnya
Sampai akhirnya sholat pun di tutup dengan
pembacaan doa yang dipimpin oleh ayah. “Ya Allah, mudah-mudahan UN ku hari ini
dan hari kemudian dilancarkan Ya Allah, amin.” Senandung doaku dalam hati.
Setelah salam kepada ayah dan ibu, serta
saudaraku, aku pun beranjak ke kamar untuk memulai aktivas senin. Dimana akan
diawali dengan aktivitas seperti biasa. “Mandi”. Gumamku dalam hati.
Hari senin yang biasanya sangat penak dan
lelah untuk di jalani, tapi kini menjadi terasa nyaman. Yah, apalagi kalau
bukan karena adanya “The last examination
for elementary school.”
Setelah mandi dan memakai seragam putih
merah, aku pun pergi ke ruang makan untuk sarapan. Setelah sarapan, aku
mengambil tas dan berpamitan kepada keua orang tua. Aku tidak berpamitan kepada
kakakku. Karena dia sudah ke sekolah saat aku masih di kamar mandi. Dia memang
selalu awal ke sekolah bersama teman-temannya.
“Assalamu’alaikum Ibu, Ayah.” Ucapku sambil
mengarahkan tanganku untuk bersalaman
“ Wa’alaikum
salam. Sekolahnya baik-baik yah. Kamu jangan nakal di sekolah, dan ingat
ujiannya hari ini harus bagus yah.” Jawab ibu sambil member ceramah singkat
yang setiap hari di lontarkan dari mulutnya itu
Kemudian, aku beranjak dari rumah, menyusuri
jalan setapak yang akan memawaku pada sebuah tempat untuk memetik ilmu.
Tiba-tiba, aku melihat segerombolan anak yang berpakaian sama sepertiku, bukan
lain itu adalah teman-teman sekelasku.
“Hai.” Sapaku secara singkat tapi berhasil
membuat teman-temanku kaget.
“Hah? Wah Dhani, aku mengagetkan kita aja.”
Ucap Mario seorang temanku dengan frekuensi detak jantung yang sangat tinngi.
“Hahaha, sorry. Aku tidak bermaksud untuk
mengagetkan.” Jawabku dengan tersenyum simpul
Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan. Di
sela sela itu, kami bercanda sambil tertawa. Dan jangan lupa, kami juga
bercerita tentang film baru yang akan tayang.”Bukannya bercerita tentang
pelajaran yang dipelajari semalam, malah ungkit film lagi.” Gumamku menyinggung
diri sendiri. Film memang tak pernah terlepas dari obrolan singkat anak-anak di
sekolah.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kita
tiba di depan bangunan sederhana tak berpagar, bertanah polos dan di tembok
tengah lapangan dengan ukuran persegi panjang terukir sebuah tulisan “SDN 3 LOS
PALOS” dengan satu tiang bendera di dekatnya yang sudah terlihat kibaran sang
merah putih yang merekat pada ujung tiang tersebut. Melihat gagah beraninya
sang merah putih berkibar, teringat lagi pada peristiwa perjuangan ‘45 bangsa
Indonesia yang tak habis-habisya melawan penjajah yang dipimpin oleh sosok
tegak berani Bung Karno sampai titik darah penghabisan.
“Kriiiiiiiing.”bunyi bel membuat para siswa
berhamburan memasuki kelas. Tapi, kali ini hanya satu kelas yang dimasuki oleh
seluruh siswa. Karena hari ini dan dua hari kedepan kelas selain kelas enam
diliburkan. Tujuan sih, agar kita tidak terganngu oleh aungan para adik-adik
kelas. Sekarang waktunya mempersiapkan diri untuk memulai perang otak. Kini, di
atas mejaku sudah tersusun dengan rapinya papan pengalas polos, pensil,
penghapus, dan peraut yang akan kugunakan nanti. Pengawas sudah berada di mulut
pintu dan bersiap-siap untuk memasuki kelas. Tiba-tiba, pengawas masuk memecah
kebisingan yang terjadi diantara obrolan siswa. Kami berdiri untuk bersiap
mengucapkan salam.
“Beri salam!” perintah Abilio selaku ketua
kelas
“Assalamu’alaikum warahmaatullahi
wabarakatuh.” Ucap kami serentak
“Doa dimulai!” kataanya lagi memimpin kami
untuk berdoa
Serempak kita semua menundukkan kepala seraya
berdoa. Meskipun, diantara kami masih ada yang bermain untuk membaca doa.
Setelah serangkaian acara persiapan kelas telah selesai, sekarang giliran
pengawas untuk membagikan soal mautnya. Dan sekarang soal ytelah mendarat tepat
di atas mejaku.
“Bismillahirrohmanirrohim.” Ucapku sambil
menunggu perintah dari pengawas untuk membuka soal.
“Yah, sekarang kerjakan soalnya.” Kata
pengawas tersebut
Kami pun membuka soal tersebut setiap lembar.
Hening pun mulai mencekat. Bahkan suara lembaran kertas pun ketika dibuka,
terdengar oleh telinga. Aku mulai menjawab soal tersebut. Tentunya dengan
teliti dan kepercayaan diri pastinya…….
&
Bel tanda
selesai pun berdering. Dan lama sebelum itu aku telah menyelesaikan ujianku.
Yah, meski di bilang aku tidak terlalu pintar tapi kemampuan otak ini bisa
dibilang standar. Hari senin di sekolah pun telah selesai. Sekarang saatnya
pulang ke rumah. Ku menatap jamku yang baru dibeli kemarin di pasar. Jarum jam
menunjukkan pukul 10.00 WIT. Aku segera berlari menembus derasnya angin yang
menghadang. Menghempas tubuh ini.
&
Hari demi hari
berlalu, sampailah hari titik terakhir UN yang telah menguras banyaknya pikiran
dalam otak. Bisa dibilang sempat membuat tubuh lelah juga. Tapi apa daya, itulah
yang dimaksud dengan perjuangan. Kalu tak ada perjuangan pasti juga aku takkan
terlahir di dunia ini. Semua dipenuhi oleh perjuangan hidup, cinta, dan
pengorbanan sekalipun.
Pelajaran bahasa
Indonesia yang menjadi santapan hari ini. Seperti biasa, aku mengerjakannya
dengan teliti dan baik. Dan setelah itu, kita free dari ujian yang kata anak-anak sih mematikan.
“Alhamdullilah.”
Ucapku sambil mengusap wajahku dengan kedua tangan
“Yeh, kita
bebas.” Kata salah satu temanku
Satu kelas pun
menabur senyum terbaiknya. Dan saling pelukan satu sama lain. Tak mau kalah,
temanku ini malah lompat-lompat kegirangan die pan kelas. Meskipun belum tentu
lulus 100%, tapi beginilah keadaan kami. Soal urusan lulus tidaknya itu
belakangan yang terpenting adalah bebas dari belenggu tugas-tugas, itu katanya.
“Ayo kita
pulang.” Ajakku pada teman-teman yang arah rumahnya searah dengan rumahku
“Ayo.” Kata
salah satu dari mereka
Lalu kami
beranjak dari kelas, hingga keluar dari pekarangan sekolah. Melaju terus melaju
sambil bersenda gurau di tengah hiruk pikik kereta kuda yang menggeliat. Tak
terasa bayangan rumah pun telah terliaht. Semakin jelas terlihat oleh
pandangan. Aku pun melambaikan tangan kepada teman-temanku yang masih
melanjutkan perjalanannya.
“Assamu’alaikum.”
Ucapku sambil mengetuk pintu yang seari tadi tertutup karena debu yang tak
henti-hentinya menyerang.
“Wa’alaikum
salam.” Suara seseorang dari dalam rumah menyadarkan lamunanku yang memandang
luas pekarangan rumah-rumah penduduk satu per satu. Yah, hitung-hitung ada yang
bisa dilakukan sembari menunngu pintu terbuka
Aku pun
melangkah masuk dan salim kepada ibu yang telah membuka pintu sejak tadi.
Kemudian aku melangkah menuju kamar, berganti pakaian. Kemudian menuju ruang
makan untuk menyantap hidangan lezat buatan ibu. Saat ini, aku duduk sendiri
diantara bangku yang kosong. Karena ayh masih kerja, kakak masih sekolah, ibu
dan adik sedang bersantai di ruang keluarga karena sudah makan sebelumku.
“Nggak
apa-apalah. Sekali-sekali.” Gumamku dalam hati
Tapi aku tetap
menikmati lauk pauk yang di sajikan secara rapi, membuat perut ini masih ingin
menambahnya, tapi aku rasa sudah cukup. Karena rasul pernah berkata “makanlah
sekucupnya”, artinya jangan sampai terlalu kenyang.
Makan siang pun
berakhir dengan kidhmatnya. Setelah itu aku bergegas untuk pergi bermain
bersama teman- temanku. Dari tadi memang kita sudah janjian. Pulang ke rumah
hanya ingin mengisi perut yang kosong saja. Aku langsung melancong dari tempat
dudukku yang semula bersiap tancap gas untuk menuju ke tempat biasa, sekitar
Sungai.
&
LET’S PLAY THE
GAME
Akhirnya aku
sampai ke tempat tujuan. Seperti biasanya, teman-teman sudah berada di sana.
Dan benar aku yang paling terakhir. tak ku pungkiri memang aku yang paling
lambat. Kemudian aku bergabung di antara kerumunan mereka. Dan tampaknya
sekarang mereka sedang hompimpa untuk mengetahui dengan siapa meraka akan
bergabung.
“Hompimpa ala
ayung rambeng. Nek ijah pakai baju rombeng.” Begitulah liriknya
Setelah telah
mengadakan hompimpa bebrapa kali, akhirnya kita sudah menemukan kelompok
masing-masing. Kita akan mengadakn permainan hadang menghadang. Yang dimana
permainan ini terdiri dari kelompok penjaga dan pemain. Pemain harus melewati
hadangan para penghadang yang tempatnya telah disusun serumit mungkin ddengan
kedua tangan di rentangkan untuk menghadang. Dan ekarang giliran kelompokku
yang main.
“Seraaaaang.”
Kata ketua kelompokku seperti berada dalam simulasi suasana perang saja.
Kita pun mulai
melangkah dengan hati-hati agar tubuh kita tidak tersentu oleh tangan lawan.
Langkah demi langkah kita jalani dan akhirnya ditutp dengan kemenangan. aku dan
temanku berhasl menaklukkan kubuh lawan dengan skor yang telak yaitu 6-1. Hebat
kan?
&
Setelah bermain
cukup lama, aku yang teman sepermainanku kembali ke rumah. Di tengah jalan kami
berbincang-bincang. Tapi tak sama dengan topic yang ssebelumnya. Sekarang kita
membuka topic tentang diamana nanti kita akan melanjutka pendidikan kita.
“Dhan, nanti
kamu mau lanjut di mana?” Tanya salah seorang temanku bernama Mario
“Aku nggak tahu,
Rio. Yah, tergantung aja sih sama orangtua.” Balasku kepada Mario
“Oh, kalau aku
sih mau lanjut di SMP 2 LOS PALOS.” Cerobos Andris
“Kalau aku
maunya di SMP 3 LOS PALOS.” Susul Aco,Ase,dan Karlito
“Aku mau sekolah
di Jawa, mengikuti orangtua yang akan pindah dekat-dekat ini.” Jawab Yudi
“Hah?” semua
serempak mengatakan dan berbalik menghadap Yudi
“Yah, Yudi. Kok
jauh banget sekolahnya.” Sahut Andris
“Iya, nanti kita
nggak bisa main lagi dong.” Sambung Aco dengan muka masam
Begitulah
pembicaraan kita. Semua memiliki pilihan tersendiri. Sampai-sampai ada yang
akan bersekolah di lain pulau. “Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan.”
Begitulah kata pepatah. Kalau ada awal pasti ada akhirnya kan?
Jadi, persiapkan
mental aja untuk menghadapi kenyataan yang berada di hadapan mata. Tinggal kita
yang mengurus kapan perpisahan itu dilaksanakan.
&
Sekarang aku
sudah siap melambai tangan pada teman-teman.
“Sampai jumpa,
kawan.” Kataku sambil mengangkat tangan
Yang lain ikut
mlambai. Jarak dari sungai ke rumahku memang paling diantara yang lainnya.
Sehingga akulah yanag paling pertama melambaikan tangan. Aku membuka pintu dan
langsung menemukan kak Yayu yang memegang satu dan pasang kuda-kuda untuk
memukulku.
“Dari mana saja
kamu Dhan?” Katanya dengan galak
“A…anu aku dari
main sama teman-teman.” Kataku tergagap
“Kamu nggak izin
sama Ibu kan?” Tanya dengan wajah memerah karena amarah
“I..iya kak.
Maafkan aku.” Kataku sambil menunduk
Kenpa bisa aku
lupa untuk meminta izin kepada Ibu. Kalau mau kemana-mana kan aku selalu izin.
Bahkan mungkin yang paling rajin diantara saudaraku yang lain.
“Ada apa ini?”
Kataku ibu mengejutkan
Seketika aku
mengangkat wajahku mendapati Ibu memegang bahu kakakku dan merangkulnya dengan
lembut.
“Itu tuh Bu.
Anak Ibu yang cari dari tadi.” Kata kakak masih dengan nada yang tinngi
“Oh Dhani udah
datang yah?” Tanya ibu yang melihatku
berada di hadapannya
“Iya Bu. Maafkan
aku tidak izin sama Ibu tadi.” Kataku sambil menahan air mata yang sebentar
lagi akan jatuh
“Iya Ibu
maafkan. Tapi ingat, lain kali jangan lagi yah.”kata Ibu mengelus kepalaku.
“Iya Bu. Aku
janji.” Kataku seraya tersenyum kepada Ibu
Aku pun segera masuk ke rumah untuk membersihkan
tubuhku dari lumpur yang didapatkan dari permainan tadi. Aku bergegas masuk
untuk ke wc dan mandi sebersih bersihnya. Setelah itu aku bersiap menunggu
adzan untuk sholat Maghrib di Masjid. Kemudian aku berpamitan kepada Ibu untuk
ke masjid. Di tengah perjalan, aku bertemu seorang kakek yang kelihatannya
sudah rapun dan memegang tongkatnya. Aku lalu menghampirinya dan menuntunnya
menuju ke mushoolah. “Kakek saja masih bisa ke masjid untuk sholat. Hebat
banget.” Salutku dalam hati. Kakekku itu hanya tersenyum kepadaku. Kita berdua
kembali melanjutkan perjalanan. Hingga sudah teerlihat bmasjid okoh berdiri
yang di puncaknya terdapat bulan dan bintang.
“Kek kita sudah
sampai.” Kataku kepada kakek itu
“Oh iya, Nak.
Makasih yah.” Katanya dengan suara yang kecil dan rapuh
“Iya Kek.
Sama-sama.” Ucapku membelikan seulas senyum untuknya
Aku berlalu
untuk mengambil air wudhu. Karena suara iqomah sudah terdengar. Aku langsung
mempercepat langkah menujju masjid. Kemudian aku masuk melalu pintu samping
sebelah kanan. Lalu mengambil saf pertama di belakang imam. Kemudian imam pun
takbir.
&
Hari berakhir
ketika aku kembali ke rumah dan memejamkan mata. Waktu terus berjalan tak
memberi kita waktu untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Sudah satu
bulan semenjak kita bebas dari sekolah. Sekarang rutinitas yang setiap tahun
dilakuakan untuk perpisahan akan dilaksanakan. Pihak sekolah sangat disibukkan
dengan hal itu.katanya acara itu akan dilaksanakan besok. Kita hanya
bersiap-siap menanti hari itu. Hari dimana semua akan berlalu. Dan digantikan
dengan hari baru yang menjemput misteri kehidupan.
&
FAREWELL PARTY
Hari ini
merupakan hari yang di tunggu-tunggu oleh semua siswa kelas enam SDN 3 LOS
PALOS. Yang dimana hari ini akan mengukir sejarah tentang perjalanan yang sudah
di tempuh, meskipun hidup belum berakhir, setidaknya sudah ada yang dapat
diukir di momori hidup. Yang pada suatu saat akan diputar kembali dengan alat
yang sama, SEJARAH.
Aku pun
bersiap-siap bersama kedua orang tuaku menuju ke sekolah. Di tengah hiruk pikuk
kendaraan yang dipakai sebagian siswa untuk sekolah kami dengan asyiknya
berjalan menikmati udara segar pagi ini.akhirnya kita sudah sampai di sekolah.
Ada yang berbeda kali ini. Berdiri sebuah tenda biru yang dihiasi dengan hiasan
dengan perpaduan warna hijau-kuning. Aku pun berlari mencari tempat duduk di
samping teman-temanku. Dari kejahuan, terlihat Ibu dan Ayah sedang
berbincang-bincang dengan kepala sekolah. “Apa yang ibu dan ayah katakan yah
sama pak kepala sekolah?” tanyaku penasaran dalam hati. Masalahnya adalah
jangan sampai ibu mengetahui kenakalanku selama ini. Meskipun aku nggak terlalu
nakal, tapi yah namanya anak kecil, wajar kan?
“Hai Dhan, duduk
sini yo.” Kata Mario menunjukkan sebuah kursi kosong di sampingnya.
“Eh, iya Rio.
Makasih.” Senyumku terlihat
Rangkaian acara
yang telah disusun dengan matang, akan dihabisi hari ini. Sekarang tiba saatnya
acara dibuka oleh MC. Kemudian disusul oleh rangakain yang lainnya. Dan tibalah
kita pada penghujung acara yaitu saling bermaaf-mafaan antar guru, orangtua,
dan siswa sendiri. Semua pipi terlihat basah oleh rintik air mata. Dan mata itu
sendiri dipenuhi oleh genangan air layaknya air sungai.
Aku dan sahabatku
pun berpelukan satu sama lain. Mengingat nantinya kami mungkin tak bisa bertemu
kembali seperti yang sering dilakukan di masa ini. Sunnguh mengharukan.
Kemudian, kita
semua mencicipi hidangan yang sejak tadi telah terhidangkan di atas meja
panjang yang letaknya berada di tengah tenda. Terdiri, dari makanan pembuka,
isi, dan penutup. “Mirip teks saja.” Kataku dalam hati.
Orang tuaku
pulang terlebih dahulu, karena aku masih ingin menikmati masa ini bersama
teman-temanku. Setelah itu, aku dan teman-temanku berfoto bersama. Setelah itu
kami mengambil gaya melempar topi ke atas. Layaknya orang yang telah wisuda.
Setelah melewati zona nyaman itu, dan tidak lupa kita bernyanyi untuk mengingat
hal ini. aku kemudian kembali ke rumah……
Memang semua hal
di dunia ini tak selalu indah, pasti di sela-sela itu terdapat kesuraman. Tapi
itu tak membuat semuanya kembali. Toh, bumi masih tetap berputar, waktu masih
tetap berjalan, hari masih terus berganti, tanpa menghiraukan bagaimana keadaan
makhluk penghuninya.
&
BEAUTIFUL CHANGE
Sekarang aku
sudah berpindah posisi dari seragam puti merah menjadi seragam putih biru.
Dua tahun
berlalu seperti waktu yang sangat singkat untuk dijalani ……
Aku berdiri
menghadap sang merah putih dengan posisi berdiri tegak dengan kedua tangan
dikepalkan di samping tubuh.
“ Kepada sang
merah putih, hormat geraaaaaaak!” Ucap pemimpin upacara yang tak salah adalah
Mario
Mario melanjutkan pendidikanya di SMP yang sama denganku yaitu SMP 1
LOS PALOS. Yang merupakan sekolah terkenal dan unggulan di kabupaten ini. Aku
sangat senang karena masih dapat bertemu dengan sahabatku, meskipun tidak
semuanya.
Hari ini hari senin, hari dimana seluruhsekolah mengadakan ucapara
bendera. Ucapara kali ini berbeda dari upacara di SD, sekarang upacaranya tepat
waktu dan juga lebih baik disbanding masa SD.
Setelah pulang dari sekolah, biasanya aku berlatih bela diri. Sudah
dua tahun aku belajar bela diri. Diajari oleh sosok ayah yang di tengah-tengah
kesibukannya, masih sempat untuk mengajarkankanku seni bela diri. Sejak SD
memang aku sudah menggemari olahraga yang satu ini. Karena dengan ini aku bisa
menjaga diri dan tentunya menjaga orang lain dari serangan orang-orang yang
berbuat jahat kepada kita. Keren kan? Dan stu lagi cita-citaku yaitu menjadi
seorang ahli bela diri yang kelak akan kutunjukkan kepada dunia.
Dalam proses latihan sering kali terjadi cedera yang dapat menyebabkan
kelasahan yang fatal. Tapi, tidak ku pungkiri bagaimanapun rasa sakit itu, aku
tetap akan melewatinya.
“Satu, Ha.” Ucapku dengan memasang kuda-kuda.
“Dua, ha.” Kata ayah memberi intruksi segalikus memperagakannya di
depanku
Begitu seterusnya hingga secara perlahan-lahan aku bisa mengetahui
jurus-jurus yang diajarkan. Walaupun, masih banyak yang mesti aku pelajari.
Pertama, aku mempelajari tehnik dasar. Karena dasar yang dibutuhkan untuk
mengetahui gerakan-gerakan yang lebih rumit lagi. Setelah itu barulah dimulai
tahap-tahap yang dimana semakin jauh juga semakin rumit. Seni bela diri yang
aku pelajari adalah wushu yang merupakan salah satu dari sekian banyaknya jenis
bela diri lainnya. Kata ayah, semua jenis bela diri hampir sama, yah tujuannya
juga hanya satu yaitu untuk menjaga diri kan?
Pada masa SMP ini, terkadang aku mengikuti lomba bela diri yang
diadakan oleh pemerintah baik dalam tingkat sekolah maupun tingkat kabupaten.
Dan aku yang terpilih untuk mengikuti lomba tersebut. Asal mulanya adalah
ketika ada seleksi perkelas yang diadakan oleh sekolahku untuk memilih siapa
yang terbaik untuk mengikuti lomba tersebut, maka teman-teman kelasku akan
serempak mengatakan “Dhani Bu.” Jika teman-teman sudah berkata seperti itu, apa
boleh buat? Selain menerima hal tersebut. Untung-untung itu juga untuk
kepentingan dan pastinya untuk manggapai cita-cita yang telah lama ku impikan.
Alhasil, karena kebaikan teman-temanku itu, dan setelah melewati beberapa
tahapan seleksi akhirnya aku dapat mengikuti cabang lomba bela diri.
&
THE NEXT MISTERY
Misteri datang lagi dan memaksaku untuk
memecahkannya. Dan aku sudah siap untuk itu. Sekarang aku bukan anak kecil lagi
meminta bantuan untuk memecahkannya. Insya allah, aku sudah bisa memecahkannya
sendiri dan tentunya dengan caraku sendiri. Sekarang aku sudah beranjak dari
sekolah menengah pertama (SMP) menuju ke jenjang yang lebi tinggi lagi yaitu sekolah
menengah atas (SMA). Masa SMP terasa sangat singkat membuatku berpikir keras
untuk mengingatnya kembali. Yang paling berkesan adalah latihan wushu yang
setiap hari aku lakukan di sela-sela kegiatan beratku. Meskipun dalam suasana
UN SMP, aku masih sempatnya untuk melatih keterampilanku. Memori yang masih
terlintas di benakku yaitu ketika kita bernyanyi bersama. Lagu Bondan F2B pada
saat perpisahan.
“Bergegaslah
kawan,
Sambut masa
depan
Kita
berpegang tangan
Saling
berpelukan
Berikan
senyuman
sebuah perpisahan
kenanglah
sahabat
kita untuk
selamanya
kita untuk
slamanya…”A
&
MAYBE NO, MAYBE YES
Saat menyendiri di kamar, semua terlintas
kembali dalam ingatan. Ketika aku senang, tertawa, bahkan mala lalu yang suram
pun kini merajalela menguasai pikiran dan hati ini. Teringat pernah pada suatu
saat aku bolos pelajaran ketika SMP dulu. Tak tahu ari mana pikiran itu masuk
dan memaksaku untuk melakukan perbuatan tidak baik itu. Ketika aku keluar
bersama dengan teman-teman asyik mengendarai motor dengan balapan sementara di
kelas, teman-teman sedang asyiknya menerima pelajaran. Sungguh masa lalu yang
suram. Aku berjanji untuk mengulanginya kagi di masa sekarang. Saat ini,
waktunya untuk bersungguh-sungguh karena pendidikan masih akan terus berlanjut
ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dan tentunya, hidup tidak akan bermain pada
kita.
Di tengah sibuknya melamun, aku disadarkan
oleh suara bising yang terdengar dari luar kamarku. “Ada apa ini?” tanyaku
dalam hati. Lalu terdengar suara gesekan pintu dengan lantai kamarku. Tiba-tiba
sosok ibu datang menghampiriku dengan wajah yang sendu seraya tersenyum.
“Dhani, insyaallah besok kita akan
meninggalkan kota ini dan pergi ke kota Sumedang, Jawa Bart.”kata ibu panjang
lebar
“Jadi kita akan pindah yah Bu?” tanyaku
kepada ibu
“Iya.
Kamu nggak keberatan kan?” Tanya ibu kepadaku dengan nada sedikit menekankan
“Iya bu. Aku mau-mau aja.” Jawabku sambil
tersenyum
Kemudian ibu keluar dari kamarku. Setelah
itu, aku membereskan barang-barang yang akan dipindahkan besok. Sungguh
kepindahan yang mendadak. Aku tak tahu pasti mengapa kedua orang tuaku memilih
meninggalkan negeri alami ini. Mungkin saja Ayah sudah sampai pada titik akhir
pengabdian untuk negeri ini. Atau mungkin dengan pertimbangan yang lain? Semua
penuh dengan Kemungkinan. Bisa iya, bisa tidak. Dunia memang rumit dan susah
ditebak. Tanpa sadar aku tersenyum sambil menggelengkan kepala.
&
Setelah membereskan barang yang akan dibawa,
kami pun bersiap-siap. Sebelum itu, kami sholat dhuha bersama. Setelah itu kami
berangkat menggunakan mobil yang telah di pesan oleh ayah. Kami melalui
perjalanan dari alam yanfg inah menuju alam yang sedikit berpolusi oleh lalu
lalang para kendaran orang-orang. Kami pun sampai ke tempat tujuan, lapangan
layar para pesiar laut yang akan membawaku ke alam lain yang medah-mudahan
lebih keren lagi.
Setelah sampai ke tempat tujuan, kami pun
turun membereskan barang, karena tnggal sedikit kapl pun akan berlayar
mengarungi samudera dunia. Kami pun turun dari mobil menuju pelabuhan yang
terlihat di dasar pantai tersebut kapal-kapal penumpang yang besernya
menandingi kapal titanic.
Setelah itu kami pun menaiki tangga-tangga
kecil kapal tersebut dan melambai kepada orang-orang yang atang menyaksikan
kepergian para sanak saudaranya. Terkecuali, keluarga kecilku.
“dadah..” kataku melambai kepada orang asing
yang tak ku kenal
Tanpa menghiraukan siapa orang yang
melambainya, mereka pun balas melambai, asar aneh.
Kami pun membereskan barang-barang kami agar
tidak berantakan. Maklumlah, kami tak punya kamar untuk beristirahat karena
kami mengambil paket ekonomi yang terbilang kelas bawah bagi kalangan yang
memiliki banyak kelebihan uang.
Seperti hari biasanya, aku melaluinya seperti
aktivitas di rumah. Kami makan, mandi, tidur, tak ada yang beda, hanya tempat
dan waktu yang membedakannya.
&
HISTORY, REAL STORY, AND MISTERY
Aku keluar dari kapal untuk relaks dari hal
yang ku kerjakan tadi. Sembari memandang alam indah yang berada diantara
pulau-pulau yang indah. Aku melewati beberapa pulau untuk sampai ke tempat
tujuan. Sangat indah ciptaan tuhan, kami
dapat melihatnya dari atas, bawah, bahkan dari tempat yang sekarang ku tempati.
Butuh hari demi hari untuk melalui kehidupan
semntara di kapal ini. Membuat rasa jenuh, bosan, senang, kesal, menyeruak
menjadi satu perpaduan perasaan yang sangat mengganggu indahnya alam ini. Rasa
ingin segera melihat dunia baru, terus berteriak dari lubuk hati dan butuh
tenaga extra untuk menenangkannya. Dulunya aku tak mau pindah, sekarang malah
sebaliknya, sungguh susah untuk di tebak.
Dunia penuh dengan history, real story, and
mistery. Sama dengan past, present, and future.”You can take the future, if you
have a dream.” Lata-kata yang mudah untuk dikatakan namun susah untuk di
lakukan pada keadan yang ku alami sekarang ini. Tapi, yanh seperti hal itu, kamu
dapat menggapai cita-cita, jika kamu mempunyai miimpi. Indah bukan? Karena hal
indah ini, apakah kita masih tidak mau bersyukur atas nikmatnya? Jawabannya
perlu untuk I renungkan sebelum di jawab.
&
Hari ini merupakan hari tekarhirku berada
dalam genggaman kapal ini alias hari
ini akan mengantarkanku pada dunia baru yang ku tunggu. Aku bergegas turun dari
kapal dan menuju angkutan umum yang memang tugasnya untuk mengangkut para
manusia-manusia seperti kami. Bus nama angkutannya yang selalu sesak dengan
campuran baud an napas para penumpangnya.
Suasana berganti menjadi lebih menarik untuk
di dalami lagi, yang terpenting membuat cerita yang lebih hebat dan luar biasa.
Seperti biasa, setelah kami mendarat dari perlayaran dan keluar dari lapangan,
saatnya let’s go untuk trip selanjutnya. Menuju ke rumah di Sumedang, Jawa
Barat ini. Di sini akan ku titih kehidupan baru yang lebih baik dari kemarin.
Dan aku tambah dewasa untuk siap menitihnya lebih baik lagi. Sekarang usiaku
tak mudah lagi untuk bermalas-malasan terhadap hidup ini, sekarang aku sudah
berada pada tingkat SMA, yang akan melanjut kepada tingkat selanjutnya,
Universitas. Dimana kehidupan semakin jauh lebih tinggi lagi seiring dengan
bertambahnya usia kita yang tak mudah lagi, “the biggest than the bigger than
the big problem.” Ucapku dalam sanubari kecilku.
&
Waktu terus mengandarai dunia, tak ada ruang
untuk berlabuh merenungkan yang telah lalu, membuat kita terus menghadap ke
depan, melaju, dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya di dunia ini.
Saatnya turun dari mobil, mendapati rumah
yang sederhana yang tak jauh beda dengan rumahku yang sebelumnya. Aku kemudian
menjajahi barang-barang yang berda di mobil menuju ke rumah. Kami sekeluarga
menatanya, mana yang baik di simpan di tempat ini, itu, di sna, di sini, atau
tempat lainnya? Kami menatanya sebelum rehat dari pekerjaan itu.
Makan bersama merupakan hal yang pertama kami
lakukan di rumah ini. Setelah itu, kami mandi dan istirahat di kamar
masing-masing.
Besok aku sudah mulai lagi untuk bersekolah.
Kata ibu sih aku akan sekolah di SMA PETANG 1 Sumedang, Jawa Barat. “Sekolah
baru, hem gimana yah rasanya?” tanyaku kepada diriku sendiri.
&
Kemungkinan akan menjadi kepastian dalam
hidup. Seperti halnya, jika kita mungkin melakukan sesuatu maka hal itu akn
menjadi pasti. Sekolah ku jalani dengan semangat. Aku mulai lagi mengembangkan
seni bela diriku yang dulu telah diajarkan ayah kepadaku. Ditandai dengan
masuknya aku dalam perguruan bela diri. Aku mengikuti lomba open tournament
kick boxing, dan alhasil aku mendapat juara 1 dalam lomba tersebut. Prestasi
pertama yang aku rain dalam ajang bela diri. Aku sangat bangga ddengan diriku
sendiri, karena aku berharap aku lebih baik dan aku ingin menunjukkan kepada
orang tuaku, bahwa aku ingin membanggakannya.
Dengan hal tersebut, aku jadi terkenal di
perguruanku. Dan tak sedikit teman di sekolah yang mengetahui hal itu.
Membuatku lebih bangga tetapi tetap rendah hati pastinya.
&
Masa SMA aku lalui dengan perlahan namun
pasti. Kini tibalah saat yang aku tak siap menerimanya.di mana keadaan ekonomi
orang tua bertambah parah. Karena biaya sekolah para adik, aku, kakak, mulai
bertambah. Adikku yang bungsu mulai memasuki SMP, yang kedua SMA, dan aku
sendiri sekarang sudah beranjak ke universitas sebelas april (UNSAP). Membuat
ayah dan ibu harus menanggung beban berat saat ini.
Pernah aku bertanya kepada ibu, “Ibu, apakah
aku harus berhenti untuk bersekolah saja?”
Ibu pun menjawab dengan air mata yang terjun
bebas dari matanya.”Nak, biarkan ayah dan ibu yang menanggungnya, itu merupakan
hal yang memang harus ditempuh oleh orangtua demi menyukseskan anak-anaknya.
Percayalah semua pasti ada waktunya. Dunia itu tidak selalu berjalan dengan
mulus, nak. Ada saat di mana kita harus susah, di mana kita harus senang. Dan
itu merupakan kewajiban kita untuk menjalaninya. Kita tak perlu untuk menyalahi
takdir yang ada.
Kata-kata ibu membuatku selalu menitikkan air
mata jika mengingatnya kembali. Sebah perjuangan yang ditanggung oleh kedua
orangtua demi anak-anaknya. “Aku harus membanggakan kedua orangtuaku.”
Semangatku dalam hati.
&
Ospek menandai masuknya pelajar baru pada
sebuah universitas. Ospek yang di susun oleh para senior killer, membuat kita
harus tetap teguh menjalaninya. Aku kan cowok masa giti aja nangis? Kataku
dalam hati. Pada kuliah kali ini, aku mengambil jurusan PJKR (pendidikan
jasmani kesehatan dan rekreasi). Awalnya, aku ingin mengambil jurusan
kesehatan, tapi apa daya ekonomi keluarga membuatku harus merelakan hal
tersebut. Masa ini, aku harus berjuang untuk membantu ekonomi keluarga. Aku
bertekad untuk memberi yang terbaik untuk keluarga.
Pada masa ini, aku banyak mengikuti lomba
seni bela diri dan mendapat beberapa penghargaan diantaranya, Juara 1 kick
boxing se asia pasifik di bandung, Juara 3 wushu sansou se jawa barat, Juara
1 wushu sansou se jawa barat. Hal ini
membuatku terkenal di seluruh universitas dan membuatku mendapatkan beasiswa untuk
kuliahku. Alhamdulillah.
Pada akhirnya aku dapat membuat bangga orang
tua dan saudaraku. Rasanya jantung ini ini keluar dari peredarannya. Mungkin benda di langit pun ikut senang
mendengar kebahagianku selama ini.
Aku mengikuti beberapa kejuaraan itu, bukan
karena kemauan agar bisa dikenal, melainkan untuk tujuanku tadi, membahagiakan
orang tua dalam segi ekonomi dan untuk meanjutkan sekolahku. Karena, kedua
orangtuaku tak ingin melihat anaknya putus sekolah. Luar biasa bukan?
&
THE LIGHT FUTURE
Tahun 2011……
Aku duduk bersantai di depan rumah. Tak
terasa usia semakin bertambah seiring waktu berjalan.” Semua akan indah pada
waktunya.” Walaupun gagal dalam membina rumah tangga pertama. Itu bukan masalah
selama kita mampu untuk menyelesaikan, kalau masalah jodoh itu tak usah
dipermasalahkan, allah swt sudah mengaturnya dan insyaallah kita dapat
menemukannya. Amin.
Membaca koran merupakan hal yang selalu aku
kerjakan di waktu luang. Aku membaca koran bukan hanya untuk sedakar membaca
berita tapi juga mencari lowongan pekerjaan. Hari ini aku melihat lowongan
pekerjaan dari Sulawesi selatan tepatnya di kota Makassar, kabupaten bone, desa
panyula, berdirilah sebuah sekolah yang membutuhkan jasa guru yang akan
mengajar di sekolah tersebut. Aku tertarik dengan hal tersebut dan mencoba untuk
ikut dalam tes tersebut. Tesnya melalui online, karena aku jauh di Sumedang,
dan mana mungkin aku ke sana, sedangkan jaraknya sangat jauh dan membutuhkan
biaya yang tidak sedikit.
&
Berminggu-minggu setelah tes tersebut,
akhirnya pengumumannya datang juga. Dan alhasil, aku lulus diantara 600-an
pendaftar aku merupakan salah satu di antaranya. Lagi-lagi aku mengucapkan
syukur kepada sang khalik “Alhamdulillah”. Ucapku sambil sujud syukur dengan
air mata yang membasahi wajah. Dan hal yang paling berat lagi, aku harus
berpisah dengan buah hatiku, yang masih kecil. Kalau penghalang antara kami
adalah antar kota saja, itu tak masalah. Namun, ini pulau yang jaraknya cukup
jauh untuk dijelajahi.
Namun, hak dan kewajiban yang membuatku bisa
menghadangnya. Saatnya untuk menjelalajahi negri orang yang selama ini tak
pernah aku tempuh. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akanka akan lebih baik,
atau malah sebaliknya? Sebuah pertanyaan yang masih terpendam dalam hati
kecilku.
&
Saatnya pergi menempuh negeri orang, dengan
pesawat sebagai kendaraannya aku siap untuk melihat kehidupan selanjutnya. Aku
berpamitan kepada ayah dan ibu, saudaraku, dan tak terkecuali anak
kesayanganku. Setelah itu aku pun berangkat.
&
Tiba saatnya aku berada di pesawat, aku dapat
memandangi alam ari atas yang tampak seperti miniature. Sekecil itukah dunia?
Aku tersenyum sendiri dengan pertanyaanku. Aku tertidur dalam pesawat yang ku
naiki. Aku tersadar dan melihat para pramugari dan awak kapal lalu lalang ke
sana kemari. Ia menjajakan berbagai makanan, alt kosmetik, dan cendera mata.
Sedangkan yang lain masih sibuk dengan lelap tidurnya.
Kota Makassar telah memunculkan gemerlap
cahayanya ke langit, dan terlihat dari atas sini sangat indah. Pesawat mulai
mencari tempat peristirahatannya, dan pesawat mulai meluncur turun ke bawah.
Seraya pramugari berkata “ diharapkan kepada seluruh penumpang untuk mengenakan
sabuk pengaman, karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas.”
Saatnya mendarat, terdengar gesekan dari roda
pesawat dengan lapangan penerbangan dengan kecepatan penuh yang sudah
diperkirakan kamipun mendarat engan selamat. Setelah tenang beberapa saat,
akhirnya perjalanan kami di tutup dengan ucapan “terima kasih telah menikmati
perjalanan bersama kami” ucapa awak kapal yang berbicara di balik layar.
Kami pun bergegas untuk turun dan selanjutnya
menuju ke tempat tujuan. Aku melanjutnya perjalananku dengan mobil sewa yang
khusus mengantaarkan kita dari Makassar ke Bone.
&
Setelah menumpuh sekitar beberapa jam,
akhirnya aku sampai juga di tempat tujuan desa Panyula. Terlihat dengan jelas
bangunan baru dengan warna dominan merah, abu-abu, biri, krem, dan putih.
Membuat bangunan itu terlihat sangat unik dan beda dengan bangunan yang lain.
Aku pun mulai masuk dan di sambut hangat oleh para guru dan karyawan yang juga
baru di situ. Kami tiur beralaskan karpet dengan tas sebagai bantalnya. Sungguh
luar biasa. Kami pun makan dengan ala kadarnya, semua aktivitas pun berbanding
lurus dengan itu.
Tahun ini angkatang pertama siswa ini akan
masuk ke sekolah ini. Membuat kami para guru harus berjuang keras mempersiapkan
hal tersebut, karena satu tujuan. Kita tak mau mengecewakan anak-anak kami.
&
GEMILANG
Tahun lari ke tahun berikutnya, membuat kami sulit
mengejarnya. Sekarang sudah berada di tahun ketiga sekolah ini berdiri.
Tahun 2013…
Saat ini, aku menjadi seorang wali kelas.
Yang dulunya hanya mengajar dalam bidang studi PENJAS dan sebagai Pembina
ekstrakulikuler whusu, sekarang bertambah ddengan guru wali kelas. Aku
mengambil alih kelas 7 Ar-rahim yang siswanya adalah siswa baru masuk tahun
ini. Awalnya, memang sulit karena kita harus beradaptasi terlebih dahulu.
Seperti pertama aku masuk ke sini.
Banyak hal baru yang aku temui di sini.
Pelajaran hidup yang sangat berharga aku dapatkan di SMP-SMA ATHIRAH BOARDING
SCHOOL BONE sekolah yang dinaungi oleh yayasan kalla, sekolah berasrama,
sekolah para pemimpin masa depan, membuat catatan baru bagi diriku sendiri.
Bagaimana menjadi seorang guru dan teman bagi seluruh siswa merupakan hal yang
baru dalam kehidupanku sendiri.
Ssetelah sukses mendidik anak kelas 7
ar-rahim, aku pun melanjutkannya kelas 8 ar-rauf sebagai wali kelas. Tantangan
baru lagi. Ada yang berbeda kali ini. Di tahun 2014 ini aku membawa salah satu
siswaku menuju kejuaraan Kejurnas moethai 2 di Jakarta. Setelah melalui
beberapa tahap, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, akhirnya tibalah
saatnya final di tingkat nasional. Siswa
dengan nama lengkap AHMAD SUHARYADI akhirnya dapat mengukir prestasi sebagai
peraih medali perak yaitu juara ke-2 dalam ajang ini.
“Terima kasih pak, sudah membimbingku sampai
aku dapat seperti ini.” Ucap anak itu kepada saya dengan menyalami tangan saya.
“iya, bapak sangat bangga pada kamu.” Jawabku
kepadanya
Selang beberapa hari setelah itu, aku terkena
seragan penyakit yang parah, dan akhirnya aku harus di rawat di rumah sakit di
Jakarta. Karena hal itu, kegiatan sebagai wali kelas di sekolah menjadi
terganggu. Sebentar lagi penerimaan rapor untuk semester 1 akan di mulai,
seangkan aku tak ada di tempat. Terpakasa, aku meminta tolong kepada seorang
rekan, yaitu Ibu A. Evi Jayanti, seorang guru yang sangat ditakutu dan di
segani oleh siswa. Wajar, karena belau merupakan guru BK (Badan Konseling)
sekaligus Pembina asrama putrid di sekolah.
Aku melewati beberapa perawatan intensif. Dan
Alhamdulillah sekarang aku sudah sembuh dan siap untuk memulai aktivitas
selanjutnya.
&
Tahun 2015…
Di tahun ini, aku mempunyai cita-cita untuk
berkeluarga lagi. Tapi itu kan urusan Allah SWT, kita tinggal mengikuti alur
saja. Di tahun ini banyak kegitan sekolah yang akan dilaksanakan salah satunya
adalah PPDB untuk angkatan kelima. Tak tersa sudah empat tahun pengabdianku
kepada sekolah ini. Aku sangat bangga bisa mengabdi pada sekolah seperti ini.
Hal tersebut mengingatkanku kepada pengabdian ayah kepada kampongku yang dulu,
sangat hebat sosok ayahku itu.
&
LET’S PLAY THE END
Bulan Maret 2015
Sekarang aku pulag ke kampong halaman,
Sumedang. Aku sangat rindu kepada buah hatiku dan entunya kepada orang tua dan
saudara-saudaraku. Kali ini aku akan berkenjung ke rumah teman ibu. Katanya sih
memiliki anak perempuan. Yang dimana ibu yang melahirkan anak itu.
“assalamu’alaikum.” Sahutku ketika aku sampai
ke rumah teman ibu tersebut
“walaikum salam.” Jawab Sosok wanita dengan pakaian yang muslimah
memperlihatkan wajahnya yang cantik jelita
“silahkan masuk.” Jawabnya lagi.
Pertemuan yang singkat namun menyakinkan. “Ya
allah apa ini yang nantinyan menjadi jodohku ? tanyaku seraya berdoa di dalam
hati. Setelah lama berbincang akhirnya aku dan ibu kembali ke rumah.
Awal mula pertemuan kita, akhirnya menjadi
sebuah ikatan suci yang di mana kami berjanji, mengikrarkan janji suci di depan
penghulu pernikahan,
“saya terima nikahnya lusiana denagan mas
kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.” Ucapku dengan suara yang lantang
“Alhamdulillah sah.” Kata penghulu ditandai
dengan ucapan para tamu undangan yang sempat hadir pada waktu itu.
Kami berdua pun membaca doa dan lusi menjabat
tanganku. Sungguh kisah cinta yang sangat indah. Aku tak ingin mengulang
kesalahan yang kedua kalinya. Setelah gagal dalam membina rumah tangga yang
pertama, sekarang aku tak ingin itu terulang kembali daalam hidupku. Aku tak
mau lagi merusak cerita kehidupanku yang sekarang. Cukup masa lalu yang begitu
pahit menjelajahi otakku. Stop sampai di situ.
&
Saat tiba di sekolah,aku bersama istri
tercintaku, Lusiana berjalan sambil dhadiakan ucapan selamat dari rekan guru
dan siswa. Tak sedikit yang mengejek kami. Sungguh, lucu dunia ini. Tapi, aku
sangat senang karena lengkaplah sudah kebahagiaanku kali ini. Membuat lebih,
dan lebih bersyukur kepada Allah SWT. “Terima kasih ya ALLAH.” Kataku dalam
hati.
Cukup sampai di sini kisahku kali ini. Aku
hanya ingin mengenag dan mengenang semunya di memoriku. Dan aku ingin membuat
semua orang mengenangku dalam pikirannya. Apalah arti kita hidup, jika kita
hanya merusak ciptaan tuhan dengan tidak menaati perintahnya?
Aku sanagt bahagia terlahir dari rahim ibu
yag snagat mulia. Di bantu oleh perjuangan seorang ayah, dan hari-hari di
temani oleh saudara, istri, dan anakku. Ada satu motivasi sekaligus motto dalam
hidupku yang bunyinya seperti ini “Ke manapun kamu pergi ingat lah selalu orang
tua karena orang tua yang mendidik kamu dari kecil.” Begitu besar perjuangan
orang tua hingga akhirnya aku dapat menjadi yang sekarang. Terbukti pada waktu
dulu aku senang, sedih, selalu ada orang tua di sampingku.
“Ya allah terima kasih atas berkah dan
hidayah yang engkau limpahkan kepadaku sehingga aku dapat menjadi seperti
sekarang ini. Engkau memberikan setelah kesusahan itu kemudahan. Memberikan
lika-liku di dunia ini agar dapat menjadikan kami lebih baik. Memberikan hidup
yang menurutku itu sudah melebihi sempurna. Sekali lagi, terima kasih ya allah.
Mudah-mudahan kehidupanku lebih baik selanjutnya. Amin, amin ya rabbal alamin.”
Doaku usai sholt bersama seorang istri yang menjadi makmum di belakangku.
Terima kasih
ya allah, terima kasih dunia, terima kasih kepada seluruh alam ini yang telah
memberiku kesempatan untuk beristirahat di sini. Semua tak akan seperti ini
jika kamu tak ada untukku. Terima kasih telah mau untuk di pijak oleh jejak
kakiku yang menyimpan banyak dosa di bumi ini. Aku berjanji suatu saat nanti,
aku akan mengganti jejak kakiku yang tadinya penuh dosa menjadi lebih baik,
amin…..
Thank you
for all because you are, I can change my world
Tidak ada komentar:
Posting Komentar