Selasa, 10 November 2015

novelette biografi



THE TRUE STORY

Jejak anak  seribu    pulau



Perjuangan seorang pemuda untuk memecahkan misteri yang ada di dunia ini, dipenuhi oleh cobaan dan rintangan yang silih berganti, sejarah, dan kenyataan.
HISTORY, REAL STORY, AND MISTERY

KATA PENGANTAR
      Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas karunia-Nya saya bisa mempunyai sebuah ide untuk merangkai abjad menjadi sebuah kata, kata menjadi suatu kalimat, kalimat menjadi sebuah paragraph, dan beberapa paragraph menjadi sebuah cerita yang insya allah dapat menginspirasi kita semua
     SMS (salawat menyertai salam) saya kirimkan kepada sosok lelaki pilihan yang dapat memberikan ilmu sehingga saya dapat meggoreskan pena pada suatu karya
     Sulit membanyangkan ketika saya dapat menulis sebuah “novel” mengingat sebelumnya saya tidak pernah berniat  untuk membuat suatu novel. Membacanya pun terkadang tidak semua. Tapi Alhamdulillah berkat kemauan, akhirnya saya bisa juga.
      Terima kasih kepada orang tua, guru-guru, teman-teman, dan kerabat yang telah menginspirasi saya untuk membuat novel. Terima kasih juga kepada Pak Dhani karena atas lika-liku kehidupannya, beliau telah   menghiasi novel ini.









               


JEJAK  ANAK SERIBU PULAU
OLEH: NURIYAH MAGFIRATUL
PROLOG
MIRACLE IN MARCH
   Hari demi hari berganti menjadi sebuah sejarah baru dalam hidup. Kujalani hari dengan bertatap pada masa depanku yang merupakan sebuah misteri yang akan kupecahkan dengan caraku sendiri. Memang sulit ditebak, perjalanan manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya akan bertemu dengan laut. Masa lalu tak akan sama dengan masa yang mendatang. Masa lalu merupakan suatu pelajaran yang berharga yang menjadikan kenangan yang takkan terlupakan di masa depan.
   3 Maret 1982
   “ Ngeak,ngeak…” Suara tangis  seorang bayi yang baru lahir terdengar sangat jelas di telinga orang yang mendengarnya. Memecah indahnya kesunyian malam yang meraung-raung mengucap syukur kepada sang pencipta
  “ Alhamdulillah.” Semua orang yang berada di sana serentak mengucapkan
Ini merupakan sebuah kebahagian tersendiri dari pasangan Dedi Sudrajat dan Yuyun Yuningshi pasalnya telah melahirkan anak keduanya.
  “ Aku akan memberi nama anak ini Dhani Yusup.” Ucap sosok ayah sambil menangis terharu
  Yah, nama lengkapku adalah Dhani Yusup. Panggil saja aku Dhani. Aku merupakan buah hati dari pasangan Dedi Sudrajat dan Yuyun Yuningshi. Sekarang aku bertempat tinggal di lingkungan yang bisa dibilang sangat alami. Aku berteman dengan gunung, sungai, dan hamparan alang-alang yang luas. Dimana lagi kalau bukan di kampong Malahara kabupaten Timor Timor. Aku bersama keluarga kecilku melakukan imigrasi dari kota Bandung sekitar 15 tahun yang lalu mengikuti ayah yang bertugas sebagai seorang babinsa1.

&
1Babinsa adalah  seorang tentara yang ditugaskan sebagai Pembina di daerah tersebut

STEP BY STEP
Setelah kepindahan kami beberapa bulan yang lalu, aku pun mulai merasa bersahabat dengan alam di lingkungan ini. Mulanya aku tak mau pindah dari alam yang sangat indah itu, tapi it’s okay deh. Memang terdapat banyak perbedaan dengan kampong Malahara, tapi tak membuat terus larut dalam keadaan. Sekarang, letakku di kota Los Palos. Meskipun keadaan masih kadang-kadang rumit……
 Aku sedang melamun di atas kursi kayu kuno depan rumahnku. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkaku.
   “Dhani…..” Terdengar sebuah suara yang hamper membuat jangtungku tesontak kaget.
   “ Iya ibu..” Balasku masih dalam kondisi kaget
   “ Ayo cepat tidur, malam sudah larut.” Katanya dengan lembut
  “ Iya ibu.” Ucapku dengan halus
   Malam memang sudah larut. Membuatku juga terlarut dengan suasana malam yang di temani oleh pancaran sinar bintang yang tersenyum memandangiku dari atas sana. Aku lalu melangkahkan kaki mungilku menuju kamar.
   “kreek …..” Terdengar suara pintu yang terbuka dan memunculkan sosok wanita yang berdiri menghampiriku
   “Ada apa..?” Tanyaku kepada sosok ibu yang sangat menyanyangiku
   “Maafkan ibu yah nak. Ibu belum bisa memberikan yang terbaik untukmu.” Kata ibu dengan metikkan air mata yang membasuhi wajah halusnya.
    Aku hanya menganggukkan kepalaku karena bingung dan tak berani untuk menatap wajahnya.
  “Baiklah. Sekarang kamu tidur yah?” ucapnya sambil berlalu

  Seperti halnya kehidupan, semua pasti berlalu. Detik berubah menjadi menit, lalu menjadi jam, kemudian berubah menjadi sebuah hari. Yang mana kita tak tahu hari mana yang membuat kita tersenyum, tertawa, marah, menangis, dan seribu ekspresi lainnya. Namun satu yang pasti, kita yang telah membuat hari itu menjadi berwarna.
&
  “Kukkuruyyu.” Suara ayam berkokok terdengar jelas dari pekarangan rumahku. Aku terbangun dan segera ke kamar mandi untuk melaksanakan sholat subuh.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”Kataku sambil mengakhiri sholat dan menutupnya dengan doa
Setelah itu aku bergegas mandi, karena hari ini ayah akan mengajak kami jalan-jalan. Maklum kita jarang bersama karena ayah sangat sibuk.  Sebelum itu kami sarapan bersama-sama di ruang makan.
  “ Dhani tolong panggil ayah dan kakak dan adikmu.” Suruh ibu kepadaku
  “ Iya Ibu.” Jawabku yang kebetulan berada di ruang makan bersama dengan ibu
Aku membuka kamar ayah dan mendapati ayah sedang shalat dhuha dengan rakaat terakhir. Aku menunggunya sambil merapikan rambutku yang seikit berantakan di depan cermin kamar ayah. Tanpa sadar ayah telah selesai sholat.
 “ Ada apa Dhani ?” Tanya ayah kepadaku
“ Aku hanya mau memanggil ayah untuk sarapan. Karena makanannya sudah siap, yah.” Jawabku sambil memperbaiki kancing bajuku.
Hari ini aku memakai baju kokoh dengan kerah dan kancingan. Dipadu dengan celana jins dengan dua saku di sisi kanan dan kirinya
 “ Oh iya. Makasih yah Dhan.” Kata ayah sambil tersenyum kepadaku
“ Sama-sama.” Aku menjawab sambil berlalu menuju kamar kakak dan adikku untuk memanggilnya. Namun sebelum aku membuka pintu, aku mendengar suara di ruang makan dengan gelak tawa yang menggelegar.
“ Yah, baru mau manggil udah keduluan sampai di ruang makan. Mungkin aku terlalu lama kali di kamar ayah. Ya udah eh. Sabar aja.” Keluhku di dalam hati
Aku lalu beranjak dari tempatku menuju ke ruang makan untuk segera makan bersama dengan keluarga
“ Dhani dari mana saja kamu, perasaan tadi kamu yang duluan berada di ruang makan deh?” Tanya saudaraku yang paling tua alias kakak tertuaku
“ Iya sih, tapi aku tadi dari panggil ayah dan kakak, jadi telat deh.” Jawabku dengan kesal
“ Sudah-sudah. Nggak usah di bahas. Sekarang ayo makan.” Kata Ibu melerai perdebatan kita.
Kalu saja Ibu tidak melerainya, mungkin perdebatan kita tambah hebat dan ujung-ujungnya pasti pertengkaran. Aku dan kakakku memang sering bertengkar. Walaupun kakakku ini cewek, tap jiwa playboy nya sangat melekat di dirinya.  Wajar saja, aku adalah anak kedua dari empat bersaudara. Jadi, jika ingin bertengkar, kakakku pasti mengajakku, karena adik-adikku masih kecil. So, nevermind.karena ini juga dapat meningkatkan kualitas bela diri yang diajarkan oleh ayahku.
&
Sarapan dengan hidangan lezat pun telah berakhir.
“Sekarang waktunya kita berangkat….” Kataku dengan senyum dalam hati
Kami berangkat mengendarai kuda. Seperti halnya yang dilakukan warga kampong ini. Kalau tidak naik kuda, biasanya kami berjalan rame-rame dengan jarak yang cukup melelahkan kaki jika menempuhnya. Ya, sekitar 10 km lah. Tapi, saat ini mungkin keberuntungan ada di pihakku. Jadi, Alhamdulillah kita bisa mengebdarai kuda.
“Ayo kita berangkat.” Sahut ayah yang mengangkat satu-satu adikku naik
 “ Ayo…. “ Kataku dengan semangat empat lima
Dalam perjalanan aku sangat menikmati indahnya alam yang merupakan anugrah dari sang maha pencipta. Pegunungan yang membentang, sungai yang memanjang melampaui indahnya karpet merah yang menggoda, jalan setapak yang merupakan tempat di mana kita dapat menemukan sang ilahi.
“Oh, indahnya…” gumamku dalam hati
“ woi, kamu kenapa ? kok melamun?” Tanya kakakku yang sedari tadi memandangiku
“ eh, a…nu… aku nggak apa-apa kok.” Jawabku dengan gagap
“Halah ngaku aja.” Katanya Sambil menggodaku
“Serius! Nggak ad apa-apa kok.” Sahutku dengan ketus
“Ganggu aja deh. Huh!” Kataku dalam hati
Tanpa terasa, kita pun telah sampai ke tempat tujuan. Setelah itu, kami turun satu per satu. Dan saat yang ditunggu-tunggu telah datang. Belanja. Kami pun menyusuri bangunan kokoh dan elegant yang berada ddi setiap sudut kota.
&
“Ini harganya berapa mbak?” Tanya ibu sambil menunjuk baju daster untu ibu-ibu pada umumnya kepada wanita paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya mengenakan baju kaos polos warna hijau tosca dan rok hitam yang kira-kira tidak sampai ke tumitnya.
“Oh, yang itu harganya dua puluh lima ribu Bu. Kalau ambil dua diskon Bu.” Kata penjual tersebut sambil menjelaskannya
“oh, gitu ya. Yaudah saya ambil dua yah mbak.” Sahut Ibu setelah melipat kedua baju tersebut.
“oh, iya Bu. Jadi, semuanya tiga puluh lima ribu yah Bu.” Kata penjual itu sambil memberi Ibu kantongan hitam dan uang kembaliannya.
Setelah kami puas berbelanja dan berkeliling untuk melihat pemandangan, kami pun singgah untuk mengisi perut yang berteriak kelaparan ini, di warung kesanyangan kami. Kemudian kami melaju pulang dengan kendaraan tercinta kami.
“Hari yang minggu yang melelahkan.” Gumamku dalam sanubari

&
Tak terasa, sekarang kita tiba di rumah sederhana yang memiliki pekarangan luas dengan pohon pelindung yang berjajar rapi di halaman dan batu-batu kerikil yang menjadi alasnya. Mampu menyihir semua orang yang melihatnya. Dan, tak lain itu adalah rumahku. Kami pun turun bersama-sama dan membawa barang belanjaan di tangan kita masing-masing.
Assalamu’alaikum.” Ucap ayah setelah membuka pintu rumah
Setelah itu, aku berlari menuju kamar dan menghempaskan badan di kasur yang tidak terlalu empuk. Kemudian aku memejamkan mata.
&
“Bangun nak.” Sahut seseorang dengan lembut di telingaku membuat mataku yang sedari tadi terpejam, terbuka secara perlahan-lahan.
“Ini udah jam berapa bu?” Tanyaku sambil mengucek mataku
“Udah maghrib. Dari tadi Ibu bangunkan kamu nggak mau bangun.” Ucapnya tanpa spasi membuatku tak bisa menjawab
“Oh, gitu ya..” sahutku dengan kalimat terpotong
“Sana gih pergi mandi. Terus belajar.” Kata ibu sambil berlalu pergi
“Tunggu, Ibu kayaknya besok aku UN deh.” Kataku sambil mengejutkan ibuku
“Apa?  Kamu udah belajar?” kata ibu balik mengejutkanku dengan suara yang menggelegar
“Udah sih Bu, beberapa minggu yang lalu. Sekarang tinggal mengulanginya lagi.”
“Oh gitu yah.” Kata ibu tersenyum sambil mengelus-elus kepalaku.
&
Setelah larut dengan percakapan bersama ibu, aku pun mandi lalu sholat. Setelah itu, aku belajar untuk persiapan UN besok dengan ditemani cayaha pelita yang redap-redup membuatku sulit untuk melihat.
“ Ada lima kingdom terbesar dalam kehidupan, yaitu animalia, plantae, fungi, monera, protista. Dan manusia terdapat dalam kingdom animalia yaitu pada spesies mamalia” Kataku sambil memahami pelajaran yang akan dilaksanakan besok. Ipa terpadu adalah mata pelarajan yang akan dilaksanakan besok.”
Diantara nyamannya aku menyenyam pelajaran, terdengar dentingan suara peluru yang mengerepa karena bentrokan fisik antara TNI dan gelombolan pretelin (GPK). Rasa takut menjalar dalam tubuh mungilku sampai menusuk ke dasar tulangku, membuat meringis diantara terangnya pelita yang sedari tadi dinyalakan.”Dor,dor,dor!” begitulah bunyinya. Karena sudah tak nyaman lagi dengan itu, aku memutuskan untuk mematikan pelita lalu beranjak menaiki kasurku.
&
THE FIRST FOR THE LAST EXAMINATION
“Allahu akbar, allahu akbar.” Adzan subuh berkumandang membuat semua orang di rumahku bangun untuk segera menunaikan panggilan dari sang pencipta. Aku segera bangun untuk mengambil air wudhu dan sholat berjamaah dengan keluarga. Ayah sudah berdiri di saf depan dengan sajadah mengarah ke kiblat. Aku mengikut di saf belakangnya bersama ketiga saudaraku. Sedangkan ibu berada di saf belakang kami.
“Allahu akbar.” Ayah takbir dan diikuti oleh jamaahnya
Sampai akhirnya sholat pun di tutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh ayah. “Ya Allah, mudah-mudahan UN ku hari ini dan hari kemudian dilancarkan Ya Allah, amin.” Senandung doaku dalam hati.
Setelah salam kepada ayah dan ibu, serta saudaraku, aku pun beranjak ke kamar untuk memulai aktivas senin. Dimana akan diawali dengan aktivitas seperti biasa. “Mandi”. Gumamku dalam hati.
Hari senin yang biasanya sangat penak dan lelah untuk di jalani, tapi kini menjadi terasa nyaman. Yah, apalagi kalau bukan karena adanya “The last examination for elementary school.”
Setelah mandi dan memakai seragam putih merah, aku pun pergi ke ruang makan untuk sarapan. Setelah sarapan, aku mengambil tas dan berpamitan kepada keua orang tua. Aku tidak berpamitan kepada kakakku. Karena dia sudah ke sekolah saat aku masih di kamar mandi. Dia memang selalu awal ke sekolah bersama teman-temannya.
“Assalamu’alaikum Ibu, Ayah.” Ucapku sambil mengarahkan tanganku untuk bersalaman
Wa’alaikum salam. Sekolahnya baik-baik yah. Kamu jangan nakal di sekolah, dan ingat ujiannya hari ini harus bagus yah.” Jawab ibu sambil member ceramah singkat yang setiap hari di lontarkan dari mulutnya itu
Kemudian, aku beranjak dari rumah, menyusuri jalan setapak yang akan memawaku pada sebuah tempat untuk memetik ilmu. Tiba-tiba, aku melihat segerombolan anak yang berpakaian sama sepertiku, bukan lain itu adalah teman-teman sekelasku.
“Hai.” Sapaku secara singkat tapi berhasil membuat teman-temanku kaget.
“Hah? Wah Dhani, aku mengagetkan kita aja.” Ucap Mario seorang temanku dengan frekuensi detak jantung yang sangat tinngi.
“Hahaha, sorry. Aku tidak bermaksud untuk mengagetkan.” Jawabku dengan tersenyum simpul
Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan. Di sela sela itu, kami bercanda sambil tertawa. Dan jangan lupa, kami juga bercerita tentang film baru yang akan tayang.”Bukannya bercerita tentang pelajaran yang dipelajari semalam, malah ungkit film lagi.” Gumamku menyinggung diri sendiri. Film memang tak pernah terlepas dari obrolan singkat anak-anak di sekolah.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kita tiba di depan bangunan sederhana tak berpagar, bertanah polos dan di tembok tengah lapangan dengan ukuran persegi panjang terukir sebuah tulisan “SDN 3 LOS PALOS” dengan satu tiang bendera di dekatnya yang sudah terlihat kibaran sang merah putih yang merekat pada ujung tiang tersebut. Melihat gagah beraninya sang merah putih berkibar, teringat lagi pada peristiwa perjuangan ‘45 bangsa Indonesia yang tak habis-habisya melawan penjajah yang dipimpin oleh sosok tegak berani Bung Karno sampai titik darah penghabisan.
“Kriiiiiiiing.”bunyi bel membuat para siswa berhamburan memasuki kelas. Tapi, kali ini hanya satu kelas yang dimasuki oleh seluruh siswa. Karena hari ini dan dua hari kedepan kelas selain kelas enam diliburkan. Tujuan sih, agar kita tidak terganngu oleh aungan para adik-adik kelas. Sekarang waktunya mempersiapkan diri untuk memulai perang otak. Kini, di atas mejaku sudah tersusun dengan rapinya papan pengalas polos, pensil, penghapus, dan peraut yang akan kugunakan nanti. Pengawas sudah berada di mulut pintu dan bersiap-siap untuk memasuki kelas. Tiba-tiba, pengawas masuk memecah kebisingan yang terjadi diantara obrolan siswa. Kami berdiri untuk bersiap mengucapkan salam.
“Beri salam!” perintah Abilio selaku ketua kelas
“Assalamu’alaikum warahmaatullahi wabarakatuh.” Ucap kami serentak
“Doa dimulai!” kataanya lagi memimpin kami untuk berdoa
Serempak kita semua menundukkan kepala seraya berdoa. Meskipun, diantara kami masih ada yang bermain untuk membaca doa. Setelah serangkaian acara persiapan kelas telah selesai, sekarang giliran pengawas untuk membagikan soal mautnya. Dan sekarang soal ytelah mendarat tepat di atas mejaku.
“Bismillahirrohmanirrohim.” Ucapku sambil menunggu perintah dari pengawas untuk membuka soal.
“Yah, sekarang kerjakan soalnya.” Kata pengawas tersebut
Kami pun membuka soal tersebut setiap lembar. Hening pun mulai mencekat. Bahkan suara lembaran kertas pun ketika dibuka, terdengar oleh telinga. Aku mulai menjawab soal tersebut. Tentunya dengan teliti dan kepercayaan diri pastinya…….

&
Bel tanda selesai pun berdering. Dan lama sebelum itu aku telah menyelesaikan ujianku. Yah, meski di bilang aku tidak terlalu pintar tapi kemampuan otak ini bisa dibilang standar. Hari senin di sekolah pun telah selesai. Sekarang saatnya pulang ke rumah. Ku menatap jamku yang baru dibeli kemarin di pasar. Jarum jam menunjukkan pukul 10.00 WIT. Aku segera berlari menembus derasnya angin yang menghadang. Menghempas tubuh ini.
&
Hari demi hari berlalu, sampailah hari titik terakhir UN yang telah menguras banyaknya pikiran dalam otak. Bisa dibilang sempat membuat tubuh lelah juga. Tapi apa daya, itulah yang dimaksud dengan perjuangan. Kalu tak ada perjuangan pasti juga aku takkan terlahir di dunia ini. Semua dipenuhi oleh perjuangan hidup, cinta, dan pengorbanan sekalipun.
Pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi santapan hari ini. Seperti biasa, aku mengerjakannya dengan teliti dan baik. Dan setelah itu, kita free dari ujian yang kata anak-anak sih mematikan.
“Alhamdullilah.” Ucapku sambil mengusap wajahku dengan kedua tangan
“Yeh, kita bebas.” Kata salah satu temanku
Satu kelas pun menabur senyum terbaiknya. Dan saling pelukan satu sama lain. Tak mau kalah, temanku ini malah lompat-lompat kegirangan die pan kelas. Meskipun belum tentu lulus 100%, tapi beginilah keadaan kami. Soal urusan lulus tidaknya itu belakangan yang terpenting adalah bebas dari belenggu tugas-tugas, itu katanya.
“Ayo kita pulang.” Ajakku pada teman-teman yang arah rumahnya searah dengan rumahku
“Ayo.” Kata salah satu dari mereka
Lalu kami beranjak dari kelas, hingga keluar dari pekarangan sekolah. Melaju terus melaju sambil bersenda gurau di tengah hiruk pikik kereta kuda yang menggeliat. Tak terasa bayangan rumah pun telah terliaht. Semakin jelas terlihat oleh pandangan. Aku pun melambaikan tangan kepada teman-temanku yang masih melanjutkan perjalanannya.
“Assamu’alaikum.” Ucapku sambil mengetuk pintu yang seari tadi tertutup karena debu yang tak henti-hentinya menyerang.
“Wa’alaikum salam.” Suara seseorang dari dalam rumah menyadarkan lamunanku yang memandang luas pekarangan rumah-rumah penduduk satu per satu. Yah, hitung-hitung ada yang bisa dilakukan sembari menunngu pintu terbuka
Aku pun melangkah masuk dan salim kepada ibu yang telah membuka pintu sejak tadi. Kemudian aku melangkah menuju kamar, berganti pakaian. Kemudian menuju ruang makan untuk menyantap hidangan lezat buatan ibu. Saat ini, aku duduk sendiri diantara bangku yang kosong. Karena ayh masih kerja, kakak masih sekolah, ibu dan adik sedang bersantai di ruang keluarga karena sudah makan sebelumku.
“Nggak apa-apalah. Sekali-sekali.” Gumamku dalam hati
Tapi aku tetap menikmati lauk pauk yang di sajikan secara rapi, membuat perut ini masih ingin menambahnya, tapi aku rasa sudah cukup. Karena rasul pernah berkata “makanlah sekucupnya”, artinya jangan sampai terlalu kenyang.
Makan siang pun berakhir dengan kidhmatnya. Setelah itu aku bergegas untuk pergi bermain bersama teman- temanku. Dari tadi memang kita sudah janjian. Pulang ke rumah hanya ingin mengisi perut yang kosong saja. Aku langsung melancong dari tempat dudukku yang semula bersiap tancap gas untuk menuju ke tempat biasa, sekitar Sungai.
&
LET’S PLAY THE GAME
Akhirnya aku sampai ke tempat tujuan. Seperti biasanya, teman-teman sudah berada di sana. Dan benar aku yang paling terakhir. tak ku pungkiri memang aku yang paling lambat. Kemudian aku bergabung di antara kerumunan mereka. Dan tampaknya sekarang mereka sedang hompimpa untuk mengetahui dengan siapa meraka akan bergabung.
“Hompimpa ala ayung rambeng. Nek ijah pakai baju rombeng.” Begitulah liriknya
Setelah telah mengadakan hompimpa bebrapa kali, akhirnya kita sudah menemukan kelompok masing-masing. Kita akan mengadakn permainan hadang menghadang. Yang dimana permainan ini terdiri dari kelompok penjaga dan pemain. Pemain harus melewati hadangan para penghadang yang tempatnya telah disusun serumit mungkin ddengan kedua tangan di rentangkan untuk menghadang. Dan ekarang giliran kelompokku yang main.
“Seraaaaang.” Kata ketua kelompokku seperti berada dalam simulasi suasana perang saja.
Kita pun mulai melangkah dengan hati-hati agar tubuh kita tidak tersentu oleh tangan lawan. Langkah demi langkah kita jalani dan akhirnya ditutp dengan kemenangan. aku dan temanku berhasl menaklukkan kubuh lawan dengan skor yang telak yaitu 6-1. Hebat kan?
&
Setelah bermain cukup lama, aku yang teman sepermainanku kembali ke rumah. Di tengah jalan kami berbincang-bincang. Tapi tak sama dengan topic yang ssebelumnya. Sekarang kita membuka topic tentang diamana nanti kita akan melanjutka pendidikan kita.
“Dhan, nanti kamu mau lanjut di mana?” Tanya salah seorang temanku bernama Mario
“Aku nggak tahu, Rio. Yah, tergantung aja sih sama orangtua.” Balasku kepada Mario
“Oh, kalau aku sih mau lanjut di SMP 2 LOS PALOS.” Cerobos Andris
“Kalau aku maunya di SMP 3 LOS PALOS.” Susul Aco,Ase,dan Karlito
“Aku mau sekolah di Jawa, mengikuti orangtua yang akan pindah dekat-dekat ini.” Jawab Yudi
“Hah?” semua serempak mengatakan dan berbalik menghadap Yudi
“Yah, Yudi. Kok jauh banget sekolahnya.” Sahut Andris
“Iya, nanti kita nggak bisa main lagi dong.” Sambung Aco dengan muka masam
Begitulah pembicaraan kita. Semua memiliki pilihan tersendiri. Sampai-sampai ada yang akan bersekolah di lain pulau. “Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan.” Begitulah kata pepatah. Kalau ada awal pasti ada akhirnya kan?
Jadi, persiapkan mental aja untuk menghadapi kenyataan yang berada di hadapan mata. Tinggal kita yang mengurus kapan perpisahan itu dilaksanakan.

&
Sekarang aku sudah siap melambai tangan pada teman-teman.
“Sampai jumpa, kawan.” Kataku sambil mengangkat tangan
Yang lain ikut mlambai. Jarak dari sungai ke rumahku memang paling diantara yang lainnya. Sehingga akulah yanag paling pertama melambaikan tangan. Aku membuka pintu dan langsung menemukan kak Yayu yang memegang satu dan pasang kuda-kuda untuk memukulku.
“Dari mana saja kamu Dhan?” Katanya dengan galak
“A…anu aku dari main sama teman-teman.” Kataku tergagap
“Kamu nggak izin sama Ibu kan?” Tanya dengan wajah memerah karena amarah
“I..iya kak. Maafkan aku.” Kataku sambil menunduk
Kenpa bisa aku lupa untuk meminta izin kepada Ibu. Kalau mau kemana-mana kan aku selalu izin. Bahkan mungkin yang paling rajin diantara saudaraku yang lain.
“Ada apa ini?” Kataku ibu mengejutkan
Seketika aku mengangkat wajahku mendapati Ibu memegang bahu kakakku dan merangkulnya dengan lembut.
“Itu tuh Bu. Anak Ibu yang cari dari tadi.” Kata kakak masih dengan nada yang tinngi
“Oh Dhani udah datang yah?”  Tanya ibu yang melihatku berada di hadapannya
“Iya Bu. Maafkan aku tidak izin sama Ibu tadi.” Kataku sambil menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh
“Iya Ibu maafkan. Tapi ingat, lain kali jangan lagi yah.”kata Ibu mengelus kepalaku.
“Iya Bu. Aku janji.” Kataku seraya tersenyum kepada Ibu
 Aku pun segera masuk ke rumah untuk membersihkan tubuhku dari lumpur yang didapatkan dari permainan tadi. Aku bergegas masuk untuk ke wc dan mandi sebersih bersihnya. Setelah itu aku bersiap menunggu adzan untuk sholat Maghrib di Masjid. Kemudian aku berpamitan kepada Ibu untuk ke masjid. Di tengah perjalan, aku bertemu seorang kakek yang kelihatannya sudah rapun dan memegang tongkatnya. Aku lalu menghampirinya dan menuntunnya menuju ke mushoolah. “Kakek saja masih bisa ke masjid untuk sholat. Hebat banget.” Salutku dalam hati. Kakekku itu hanya tersenyum kepadaku. Kita berdua kembali melanjutkan perjalanan. Hingga sudah teerlihat bmasjid okoh berdiri yang di puncaknya terdapat bulan dan bintang.
“Kek kita sudah sampai.” Kataku kepada kakek itu
“Oh iya, Nak. Makasih yah.” Katanya dengan suara yang kecil dan rapuh
“Iya Kek. Sama-sama.” Ucapku membelikan seulas senyum untuknya
Aku berlalu untuk mengambil air wudhu. Karena suara iqomah sudah terdengar. Aku langsung mempercepat langkah menujju masjid. Kemudian aku masuk melalu pintu samping sebelah kanan. Lalu mengambil saf pertama di belakang imam. Kemudian imam pun takbir.
&
Hari berakhir ketika aku kembali ke rumah dan memejamkan mata. Waktu terus berjalan tak memberi kita waktu untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Sudah satu bulan semenjak kita bebas dari sekolah. Sekarang rutinitas yang setiap tahun dilakuakan untuk perpisahan akan dilaksanakan. Pihak sekolah sangat disibukkan dengan hal itu.katanya acara itu akan dilaksanakan besok. Kita hanya bersiap-siap menanti hari itu. Hari dimana semua akan berlalu. Dan digantikan dengan hari baru yang menjemput misteri kehidupan.
&
FAREWELL PARTY
Hari ini merupakan hari yang di tunggu-tunggu oleh semua siswa kelas enam SDN 3 LOS PALOS. Yang dimana hari ini akan mengukir sejarah tentang perjalanan yang sudah di tempuh, meskipun hidup belum berakhir, setidaknya sudah ada yang dapat diukir di momori hidup. Yang pada suatu saat akan diputar kembali dengan alat yang sama, SEJARAH.
Aku pun bersiap-siap bersama kedua orang tuaku menuju ke sekolah. Di tengah hiruk pikuk kendaraan yang dipakai sebagian siswa untuk sekolah kami dengan asyiknya berjalan menikmati udara segar pagi ini.akhirnya kita sudah sampai di sekolah. Ada yang berbeda kali ini. Berdiri sebuah tenda biru yang dihiasi dengan hiasan dengan perpaduan warna hijau-kuning. Aku pun berlari mencari tempat duduk di samping teman-temanku. Dari kejahuan, terlihat Ibu dan Ayah sedang berbincang-bincang dengan kepala sekolah. “Apa yang ibu dan ayah katakan yah sama pak kepala sekolah?” tanyaku penasaran dalam hati. Masalahnya adalah jangan sampai ibu mengetahui kenakalanku selama ini. Meskipun aku nggak terlalu nakal, tapi yah namanya anak kecil, wajar kan?
“Hai Dhan, duduk sini yo.” Kata Mario menunjukkan sebuah kursi kosong di sampingnya.
“Eh, iya Rio. Makasih.” Senyumku terlihat
Rangkaian acara yang telah disusun dengan matang, akan dihabisi hari ini. Sekarang tiba saatnya acara dibuka oleh MC. Kemudian disusul oleh rangakain yang lainnya. Dan tibalah kita pada penghujung acara yaitu saling bermaaf-mafaan antar guru, orangtua, dan siswa sendiri. Semua pipi terlihat basah oleh rintik air mata. Dan mata itu sendiri dipenuhi oleh genangan air layaknya air sungai.
Aku dan sahabatku pun berpelukan satu sama lain. Mengingat nantinya kami mungkin tak bisa bertemu kembali seperti yang sering dilakukan di masa ini. Sunnguh mengharukan.
Kemudian, kita semua mencicipi hidangan yang sejak tadi telah terhidangkan di atas meja panjang yang letaknya berada di tengah tenda. Terdiri, dari makanan pembuka, isi, dan penutup. “Mirip teks saja.” Kataku dalam hati.
Orang tuaku pulang terlebih dahulu, karena aku masih ingin menikmati masa ini bersama teman-temanku. Setelah itu, aku dan teman-temanku berfoto bersama. Setelah itu kami mengambil gaya melempar topi ke atas. Layaknya orang yang telah wisuda. Setelah melewati zona nyaman itu, dan tidak lupa kita bernyanyi untuk mengingat hal ini. aku kemudian kembali ke rumah……
Memang semua hal di dunia ini tak selalu indah, pasti di sela-sela itu terdapat kesuraman. Tapi itu tak membuat semuanya kembali. Toh, bumi masih tetap berputar, waktu masih tetap berjalan, hari masih terus berganti, tanpa menghiraukan bagaimana keadaan makhluk penghuninya.
&
BEAUTIFUL CHANGE
Sekarang aku sudah berpindah posisi dari seragam puti merah menjadi seragam putih biru.
Dua tahun berlalu seperti waktu yang sangat singkat untuk dijalani ……
Aku berdiri menghadap sang merah putih dengan posisi berdiri tegak dengan kedua tangan dikepalkan di samping tubuh.
“ Kepada sang merah putih, hormat geraaaaaaak!” Ucap pemimpin upacara yang tak salah adalah Mario
Mario melanjutkan pendidikanya di SMP yang sama denganku yaitu SMP 1 LOS PALOS. Yang merupakan sekolah terkenal dan unggulan di kabupaten ini. Aku sangat senang karena masih dapat bertemu dengan sahabatku, meskipun tidak semuanya.
Hari ini hari senin, hari dimana seluruhsekolah mengadakan ucapara bendera. Ucapara kali ini berbeda dari upacara di SD, sekarang upacaranya tepat waktu dan juga lebih baik disbanding masa SD.
Setelah pulang dari sekolah, biasanya aku berlatih bela diri. Sudah dua tahun aku belajar bela diri. Diajari oleh sosok ayah yang di tengah-tengah kesibukannya, masih sempat untuk mengajarkankanku seni bela diri. Sejak SD memang aku sudah menggemari olahraga yang satu ini. Karena dengan ini aku bisa menjaga diri dan tentunya menjaga orang lain dari serangan orang-orang yang berbuat jahat kepada kita. Keren kan? Dan stu lagi cita-citaku yaitu menjadi seorang ahli bela diri yang kelak akan kutunjukkan kepada dunia.
Dalam proses latihan sering kali terjadi cedera yang dapat menyebabkan kelasahan yang fatal. Tapi, tidak ku pungkiri bagaimanapun rasa sakit itu, aku tetap akan melewatinya.
“Satu, Ha.” Ucapku dengan memasang kuda-kuda.
“Dua, ha.” Kata ayah memberi intruksi segalikus memperagakannya di depanku
Begitu seterusnya hingga secara perlahan-lahan aku bisa mengetahui jurus-jurus yang diajarkan. Walaupun, masih banyak yang mesti aku pelajari. Pertama, aku mempelajari tehnik dasar. Karena dasar yang dibutuhkan untuk mengetahui gerakan-gerakan yang lebih rumit lagi. Setelah itu barulah dimulai tahap-tahap yang dimana semakin jauh juga semakin rumit. Seni bela diri yang aku pelajari adalah wushu yang merupakan salah satu dari sekian banyaknya jenis bela diri lainnya. Kata ayah, semua jenis bela diri hampir sama, yah tujuannya juga hanya satu yaitu untuk menjaga diri kan?
Pada masa SMP ini, terkadang aku mengikuti lomba bela diri yang diadakan oleh pemerintah baik dalam tingkat sekolah maupun tingkat kabupaten. Dan aku yang terpilih untuk mengikuti lomba tersebut. Asal mulanya adalah ketika ada seleksi perkelas yang diadakan oleh sekolahku untuk memilih siapa yang terbaik untuk mengikuti lomba tersebut, maka teman-teman kelasku akan serempak mengatakan “Dhani Bu.” Jika teman-teman sudah berkata seperti itu, apa boleh buat? Selain menerima hal tersebut. Untung-untung itu juga untuk kepentingan dan pastinya untuk manggapai cita-cita yang telah lama ku impikan. Alhasil, karena kebaikan teman-temanku itu, dan setelah melewati beberapa tahapan seleksi akhirnya aku dapat mengikuti cabang lomba bela diri.
&
THE NEXT MISTERY
Misteri datang lagi dan memaksaku untuk memecahkannya. Dan aku sudah siap untuk itu. Sekarang aku bukan anak kecil lagi meminta bantuan untuk memecahkannya. Insya allah, aku sudah bisa memecahkannya sendiri dan tentunya dengan caraku sendiri. Sekarang aku sudah beranjak dari sekolah menengah pertama (SMP) menuju ke jenjang yang lebi tinggi lagi yaitu sekolah menengah atas (SMA). Masa SMP terasa sangat singkat membuatku berpikir keras untuk mengingatnya kembali. Yang paling berkesan adalah latihan wushu yang setiap hari aku lakukan di sela-sela kegiatan beratku. Meskipun dalam suasana UN SMP, aku masih sempatnya untuk melatih keterampilanku. Memori yang masih terlintas di benakku yaitu ketika kita bernyanyi bersama. Lagu Bondan F2B pada saat perpisahan.
“Bergegaslah kawan,
Sambut masa depan
Kita berpegang tangan
Saling berpelukan
Berikan senyuman
 sebuah perpisahan
kenanglah sahabat
kita untuk selamanya
kita untuk slamanya…”A
&
MAYBE NO, MAYBE YES
Saat menyendiri di kamar, semua terlintas kembali dalam ingatan. Ketika aku senang, tertawa, bahkan mala lalu yang suram pun kini merajalela menguasai pikiran dan hati ini. Teringat pernah pada suatu saat aku bolos pelajaran ketika SMP dulu. Tak tahu ari mana pikiran itu masuk dan memaksaku untuk melakukan perbuatan tidak baik itu. Ketika aku keluar bersama dengan teman-teman asyik mengendarai motor dengan balapan sementara di kelas, teman-teman sedang asyiknya menerima pelajaran. Sungguh masa lalu yang suram. Aku berjanji untuk mengulanginya kagi di masa sekarang. Saat ini, waktunya untuk bersungguh-sungguh karena pendidikan masih akan terus berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dan tentunya, hidup tidak akan bermain pada kita.
Di tengah sibuknya melamun, aku disadarkan oleh suara bising yang terdengar dari luar kamarku. “Ada apa ini?” tanyaku dalam hati. Lalu terdengar suara gesekan pintu dengan lantai kamarku. Tiba-tiba sosok ibu datang menghampiriku dengan wajah yang sendu seraya tersenyum.
“Dhani, insyaallah besok kita akan meninggalkan kota ini dan pergi ke kota Sumedang, Jawa Bart.”kata ibu panjang lebar
“Jadi kita akan pindah yah Bu?” tanyaku kepada ibu
 “Iya. Kamu nggak keberatan kan?” Tanya ibu kepadaku dengan nada sedikit menekankan
“Iya bu. Aku mau-mau aja.” Jawabku sambil tersenyum
Kemudian ibu keluar dari kamarku. Setelah itu, aku membereskan barang-barang yang akan dipindahkan besok. Sungguh kepindahan yang mendadak. Aku tak tahu pasti mengapa kedua orang tuaku memilih meninggalkan negeri alami ini. Mungkin saja Ayah sudah sampai pada titik akhir pengabdian untuk negeri ini. Atau mungkin dengan pertimbangan yang lain? Semua penuh dengan Kemungkinan. Bisa iya, bisa tidak. Dunia memang rumit dan susah ditebak. Tanpa sadar aku tersenyum sambil menggelengkan kepala.
 
&
Setelah membereskan barang yang akan dibawa, kami pun bersiap-siap. Sebelum itu, kami sholat dhuha bersama. Setelah itu kami berangkat menggunakan mobil yang telah di pesan oleh ayah. Kami melalui perjalanan dari alam yanfg inah menuju alam yang sedikit berpolusi oleh lalu lalang para kendaran orang-orang. Kami pun sampai ke tempat tujuan, lapangan layar para pesiar laut yang akan membawaku ke alam lain yang medah-mudahan lebih keren lagi.
Setelah sampai ke tempat tujuan, kami pun turun membereskan barang, karena tnggal sedikit kapl pun akan berlayar mengarungi samudera dunia. Kami pun turun dari mobil menuju pelabuhan yang terlihat di dasar pantai tersebut kapal-kapal penumpang yang besernya menandingi kapal titanic.
Setelah itu kami pun menaiki tangga-tangga kecil kapal tersebut dan melambai kepada orang-orang yang atang menyaksikan kepergian para sanak saudaranya. Terkecuali, keluarga kecilku.
“dadah..” kataku melambai kepada orang asing yang tak ku kenal
Tanpa menghiraukan siapa orang yang melambainya, mereka pun balas melambai, asar aneh.
Kami pun membereskan barang-barang kami agar tidak berantakan. Maklumlah, kami tak punya kamar untuk beristirahat karena kami mengambil paket ekonomi yang terbilang kelas bawah bagi kalangan yang memiliki banyak kelebihan uang.
Seperti hari biasanya, aku melaluinya seperti aktivitas di rumah. Kami makan, mandi, tidur, tak ada yang beda, hanya tempat dan waktu yang membedakannya.
&




HISTORY, REAL STORY, AND MISTERY
Aku keluar dari kapal untuk relaks dari hal yang ku kerjakan tadi. Sembari memandang alam indah yang berada diantara pulau-pulau yang indah. Aku melewati beberapa pulau untuk sampai ke tempat tujuan.  Sangat indah ciptaan tuhan, kami dapat melihatnya dari atas, bawah, bahkan dari tempat yang sekarang ku tempati.
Butuh hari demi hari untuk melalui kehidupan semntara di kapal ini. Membuat rasa jenuh, bosan, senang, kesal, menyeruak menjadi satu perpaduan perasaan yang sangat mengganggu indahnya alam ini. Rasa ingin segera melihat dunia baru, terus berteriak dari lubuk hati dan butuh tenaga extra untuk menenangkannya. Dulunya aku tak mau pindah, sekarang malah sebaliknya, sungguh susah untuk di tebak. 
Dunia penuh dengan history, real story, and mistery. Sama dengan past, present, and future.”You can take the future, if you have a dream.” Lata-kata yang mudah untuk dikatakan namun susah untuk di lakukan pada keadan yang ku alami sekarang ini. Tapi, yanh seperti hal itu, kamu dapat menggapai cita-cita, jika kamu mempunyai miimpi. Indah bukan? Karena hal indah ini, apakah kita masih tidak mau bersyukur atas nikmatnya? Jawabannya perlu untuk I renungkan sebelum di jawab.
&
Hari ini merupakan hari tekarhirku berada dalam genggaman kapal ini alias hari ini akan mengantarkanku pada dunia baru yang ku tunggu. Aku bergegas turun dari kapal dan menuju angkutan umum yang memang tugasnya untuk mengangkut para manusia-manusia seperti kami. Bus nama angkutannya yang selalu sesak dengan campuran baud an napas para penumpangnya.
Suasana berganti menjadi lebih menarik untuk di dalami lagi, yang terpenting membuat cerita yang lebih hebat dan luar biasa. Seperti biasa, setelah kami mendarat dari perlayaran dan keluar dari lapangan, saatnya let’s go untuk trip selanjutnya. Menuju ke rumah di Sumedang, Jawa Barat ini. Di sini akan ku titih kehidupan baru yang lebih baik dari kemarin. Dan aku tambah dewasa untuk siap menitihnya lebih baik lagi. Sekarang usiaku tak mudah lagi untuk bermalas-malasan terhadap hidup ini, sekarang aku sudah berada pada tingkat SMA, yang akan melanjut kepada tingkat selanjutnya, Universitas. Dimana kehidupan semakin jauh lebih tinggi lagi seiring dengan bertambahnya usia kita yang tak mudah lagi, “the biggest than the bigger than the big problem.” Ucapku dalam sanubari kecilku.
&
Waktu terus mengandarai dunia, tak ada ruang untuk berlabuh merenungkan yang telah lalu, membuat kita terus menghadap ke depan, melaju, dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya di dunia ini.
Saatnya turun dari mobil, mendapati rumah yang sederhana yang tak jauh beda dengan rumahku yang sebelumnya. Aku kemudian menjajahi barang-barang yang berda di mobil menuju ke rumah. Kami sekeluarga menatanya, mana yang baik di simpan di tempat ini, itu, di sna, di sini, atau tempat lainnya? Kami menatanya sebelum rehat dari pekerjaan itu.
Makan bersama merupakan hal yang pertama kami lakukan di rumah ini. Setelah itu, kami mandi dan istirahat di kamar masing-masing.
Besok aku sudah mulai lagi untuk bersekolah. Kata ibu sih aku akan sekolah di SMA PETANG 1 Sumedang, Jawa Barat. “Sekolah baru, hem gimana yah rasanya?” tanyaku kepada diriku sendiri.
&
Kemungkinan akan menjadi kepastian dalam hidup. Seperti halnya, jika kita mungkin melakukan sesuatu maka hal itu akn menjadi pasti. Sekolah ku jalani dengan semangat. Aku mulai lagi mengembangkan seni bela diriku yang dulu telah diajarkan ayah kepadaku. Ditandai dengan masuknya aku dalam perguruan bela diri. Aku mengikuti lomba open tournament kick boxing, dan alhasil aku mendapat juara 1 dalam lomba tersebut. Prestasi pertama yang aku rain dalam ajang bela diri. Aku sangat bangga ddengan diriku sendiri, karena aku berharap aku lebih baik dan aku ingin menunjukkan kepada orang tuaku, bahwa aku ingin membanggakannya.
Dengan hal tersebut, aku jadi terkenal di perguruanku. Dan tak sedikit teman di sekolah yang mengetahui hal itu. Membuatku lebih bangga tetapi tetap rendah hati pastinya.

&
Masa SMA aku lalui dengan perlahan namun pasti. Kini tibalah saat yang aku tak siap menerimanya.di mana keadaan ekonomi orang tua bertambah parah. Karena biaya sekolah para adik, aku, kakak, mulai bertambah. Adikku yang bungsu mulai memasuki SMP, yang kedua SMA, dan aku sendiri sekarang sudah beranjak ke universitas sebelas april (UNSAP). Membuat ayah dan ibu harus menanggung beban berat saat ini.
Pernah aku bertanya kepada ibu, “Ibu, apakah aku harus berhenti untuk bersekolah saja?”
Ibu pun menjawab dengan air mata yang terjun bebas dari matanya.”Nak, biarkan ayah dan ibu yang menanggungnya, itu merupakan hal yang memang harus ditempuh oleh orangtua demi menyukseskan anak-anaknya. Percayalah semua pasti ada waktunya. Dunia itu tidak selalu berjalan dengan mulus, nak. Ada saat di mana kita harus susah, di mana kita harus senang. Dan itu merupakan kewajiban kita untuk menjalaninya. Kita tak perlu untuk menyalahi takdir yang ada.
Kata-kata ibu membuatku selalu menitikkan air mata jika mengingatnya kembali. Sebah perjuangan yang ditanggung oleh kedua orangtua demi anak-anaknya. “Aku harus membanggakan kedua orangtuaku.” Semangatku dalam hati.
&
Ospek menandai masuknya pelajar baru pada sebuah universitas. Ospek yang di susun oleh para senior killer, membuat kita harus tetap teguh menjalaninya. Aku kan cowok masa giti aja nangis? Kataku dalam hati. Pada kuliah kali ini, aku mengambil jurusan PJKR (pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi). Awalnya, aku ingin mengambil jurusan kesehatan, tapi apa daya ekonomi keluarga membuatku harus merelakan hal tersebut. Masa ini, aku harus berjuang untuk membantu ekonomi keluarga. Aku bertekad untuk memberi yang terbaik untuk keluarga.
Pada masa ini, aku banyak mengikuti lomba seni bela diri dan mendapat beberapa penghargaan diantaranya, Juara 1 kick boxing se asia pasifik di bandung, Juara 3 wushu sansou se jawa barat, Juara 1  wushu sansou se jawa barat. Hal ini membuatku terkenal di seluruh universitas dan membuatku mendapatkan beasiswa untuk kuliahku. Alhamdulillah.
Pada akhirnya aku dapat membuat bangga orang tua dan saudaraku. Rasanya jantung ini ini keluar dari peredarannya.  Mungkin benda di langit pun ikut senang mendengar kebahagianku selama ini.
Aku mengikuti beberapa kejuaraan itu, bukan karena kemauan agar bisa dikenal, melainkan untuk tujuanku tadi, membahagiakan orang tua dalam segi ekonomi dan untuk meanjutkan sekolahku. Karena, kedua orangtuaku tak ingin melihat anaknya putus sekolah. Luar biasa bukan?
&
THE LIGHT FUTURE
Tahun 2011……
Aku duduk bersantai di depan rumah. Tak terasa usia semakin bertambah seiring waktu berjalan.” Semua akan indah pada waktunya.” Walaupun gagal dalam membina rumah tangga pertama. Itu bukan masalah selama kita mampu untuk menyelesaikan, kalau masalah jodoh itu tak usah dipermasalahkan, allah swt sudah mengaturnya dan insyaallah kita dapat menemukannya. Amin.
Membaca koran merupakan hal yang selalu aku kerjakan di waktu luang. Aku membaca koran bukan hanya untuk sedakar membaca berita tapi juga mencari lowongan pekerjaan. Hari ini aku melihat lowongan pekerjaan dari Sulawesi selatan tepatnya di kota Makassar, kabupaten bone, desa panyula, berdirilah sebuah sekolah yang membutuhkan jasa guru yang akan mengajar di sekolah tersebut. Aku tertarik dengan hal tersebut dan mencoba untuk ikut dalam tes tersebut. Tesnya melalui online, karena aku jauh di Sumedang, dan mana mungkin aku ke sana, sedangkan jaraknya sangat jauh dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
 &
Berminggu-minggu setelah tes tersebut, akhirnya pengumumannya datang juga. Dan alhasil, aku lulus diantara 600-an pendaftar aku merupakan salah satu di antaranya. Lagi-lagi aku mengucapkan syukur kepada sang khalik “Alhamdulillah”. Ucapku sambil sujud syukur dengan air mata yang membasahi wajah. Dan hal yang paling berat lagi, aku harus berpisah dengan buah hatiku, yang masih kecil. Kalau penghalang antara kami adalah antar kota saja, itu tak masalah. Namun, ini pulau yang jaraknya cukup jauh untuk dijelajahi.
Namun, hak dan kewajiban yang membuatku bisa menghadangnya. Saatnya untuk menjelalajahi negri orang yang selama ini tak pernah aku tempuh. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akanka akan lebih baik, atau malah sebaliknya? Sebuah pertanyaan yang masih terpendam dalam hati kecilku.
&
Saatnya pergi menempuh negeri orang, dengan pesawat sebagai kendaraannya aku siap untuk melihat kehidupan selanjutnya. Aku berpamitan kepada ayah dan ibu, saudaraku, dan tak terkecuali anak kesayanganku. Setelah itu aku pun berangkat.
&
Tiba saatnya aku berada di pesawat, aku dapat memandangi alam ari atas yang tampak seperti miniature. Sekecil itukah dunia? Aku tersenyum sendiri dengan pertanyaanku. Aku tertidur dalam pesawat yang ku naiki. Aku tersadar dan melihat para pramugari dan awak kapal lalu lalang ke sana kemari. Ia menjajakan berbagai makanan, alt kosmetik, dan cendera mata. Sedangkan yang lain masih sibuk dengan lelap tidurnya.
Kota Makassar telah memunculkan gemerlap cahayanya ke langit, dan terlihat dari atas sini sangat indah. Pesawat mulai mencari tempat peristirahatannya, dan pesawat mulai meluncur turun ke bawah. Seraya pramugari berkata “ diharapkan kepada seluruh penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman, karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas.”
Saatnya mendarat, terdengar gesekan dari roda pesawat dengan lapangan penerbangan dengan kecepatan penuh yang sudah diperkirakan kamipun mendarat engan selamat. Setelah tenang beberapa saat, akhirnya perjalanan kami di tutup dengan ucapan “terima kasih telah menikmati perjalanan bersama kami” ucapa awak kapal yang berbicara di balik layar.
Kami pun bergegas untuk turun dan selanjutnya menuju ke tempat tujuan. Aku melanjutnya perjalananku dengan mobil sewa yang khusus mengantaarkan kita dari Makassar ke Bone.
 &
Setelah menumpuh sekitar beberapa jam, akhirnya aku sampai juga di tempat tujuan desa Panyula. Terlihat dengan jelas bangunan baru dengan warna dominan merah, abu-abu, biri, krem, dan putih. Membuat bangunan itu terlihat sangat unik dan beda dengan bangunan yang lain. Aku pun mulai masuk dan di sambut hangat oleh para guru dan karyawan yang juga baru di situ. Kami tiur beralaskan karpet dengan tas sebagai bantalnya. Sungguh luar biasa. Kami pun makan dengan ala kadarnya, semua aktivitas pun berbanding lurus dengan itu.
Tahun ini angkatang pertama siswa ini akan masuk ke sekolah ini. Membuat kami para guru harus berjuang keras mempersiapkan hal tersebut, karena satu tujuan. Kita tak mau mengecewakan anak-anak kami.
&
GEMILANG
Tahun lari ke tahun berikutnya, membuat kami sulit mengejarnya. Sekarang sudah berada di tahun ketiga sekolah ini berdiri.
Tahun 2013…
Saat ini, aku menjadi seorang wali kelas. Yang dulunya hanya mengajar dalam bidang studi PENJAS dan sebagai Pembina ekstrakulikuler whusu, sekarang bertambah ddengan guru wali kelas. Aku mengambil alih kelas 7 Ar-rahim yang siswanya adalah siswa baru masuk tahun ini. Awalnya, memang sulit karena kita harus beradaptasi terlebih dahulu. Seperti pertama aku masuk ke sini.
Banyak hal baru yang aku temui di sini. Pelajaran hidup yang sangat berharga aku dapatkan di SMP-SMA ATHIRAH BOARDING SCHOOL BONE sekolah yang dinaungi oleh yayasan kalla, sekolah berasrama, sekolah para pemimpin masa depan, membuat catatan baru bagi diriku sendiri. Bagaimana menjadi seorang guru dan teman bagi seluruh siswa merupakan hal yang baru dalam kehidupanku sendiri.
Ssetelah sukses mendidik anak kelas 7 ar-rahim, aku pun melanjutkannya kelas 8 ar-rauf sebagai wali kelas. Tantangan baru lagi. Ada yang berbeda kali ini. Di tahun 2014 ini aku membawa salah satu siswaku menuju kejuaraan Kejurnas moethai 2 di Jakarta. Setelah melalui beberapa tahap, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, akhirnya tibalah saatnya final di tingkat nasional.  Siswa dengan nama lengkap AHMAD SUHARYADI akhirnya dapat mengukir prestasi sebagai peraih medali perak yaitu juara ke-2 dalam ajang ini.
“Terima kasih pak, sudah membimbingku sampai aku dapat seperti ini.” Ucap anak itu kepada saya dengan menyalami tangan saya.
“iya, bapak sangat bangga pada kamu.” Jawabku kepadanya
Selang beberapa hari setelah itu, aku terkena seragan penyakit yang parah, dan akhirnya aku harus di rawat di rumah sakit di Jakarta. Karena hal itu, kegiatan sebagai wali kelas di sekolah menjadi terganggu. Sebentar lagi penerimaan rapor untuk semester 1 akan di mulai, seangkan aku tak ada di tempat. Terpakasa, aku meminta tolong kepada seorang rekan, yaitu Ibu A. Evi Jayanti, seorang guru yang sangat ditakutu dan di segani oleh siswa. Wajar, karena belau merupakan guru BK (Badan Konseling) sekaligus Pembina asrama putrid di sekolah.
Aku melewati beberapa perawatan intensif. Dan Alhamdulillah sekarang aku sudah sembuh dan siap untuk memulai aktivitas selanjutnya.
&
Tahun 2015…
Di tahun ini, aku mempunyai cita-cita untuk berkeluarga lagi. Tapi itu kan urusan Allah SWT, kita tinggal mengikuti alur saja. Di tahun ini banyak kegitan sekolah yang akan dilaksanakan salah satunya adalah PPDB untuk angkatan kelima. Tak tersa sudah empat tahun pengabdianku kepada sekolah ini. Aku sangat bangga bisa mengabdi pada sekolah seperti ini. Hal tersebut mengingatkanku kepada pengabdian ayah kepada kampongku yang dulu, sangat hebat sosok ayahku itu.

&




LET’S PLAY THE END
Bulan Maret 2015
Sekarang aku pulag ke kampong halaman, Sumedang. Aku sangat rindu kepada buah hatiku dan entunya kepada orang tua dan saudara-saudaraku. Kali ini aku akan berkenjung ke rumah teman ibu. Katanya sih memiliki anak perempuan. Yang dimana ibu yang melahirkan anak itu.
“assalamu’alaikum.” Sahutku ketika aku sampai ke rumah teman ibu tersebut
“walaikum salam.” Jawab  Sosok wanita dengan pakaian yang muslimah memperlihatkan wajahnya yang cantik jelita
“silahkan masuk.” Jawabnya lagi.
Pertemuan yang singkat namun menyakinkan. “Ya allah apa ini yang nantinyan menjadi jodohku ? tanyaku seraya berdoa di dalam hati. Setelah lama berbincang akhirnya aku dan ibu kembali ke rumah.
Awal mula pertemuan kita, akhirnya menjadi sebuah ikatan suci yang di mana kami berjanji, mengikrarkan janji suci di depan penghulu pernikahan,
“saya terima nikahnya lusiana denagan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.” Ucapku dengan suara yang lantang
“Alhamdulillah sah.” Kata penghulu ditandai dengan ucapan para tamu undangan yang sempat hadir pada waktu itu.
Kami berdua pun membaca doa dan lusi menjabat tanganku. Sungguh kisah cinta yang sangat indah. Aku tak ingin mengulang kesalahan yang kedua kalinya. Setelah gagal dalam membina rumah tangga yang pertama, sekarang aku tak ingin itu terulang kembali daalam hidupku. Aku tak mau lagi merusak cerita kehidupanku yang sekarang. Cukup masa lalu yang begitu pahit menjelajahi otakku. Stop sampai di situ.
&
Saat tiba di sekolah,aku bersama istri tercintaku, Lusiana berjalan sambil dhadiakan ucapan selamat dari rekan guru dan siswa. Tak sedikit yang mengejek kami. Sungguh, lucu dunia ini. Tapi, aku sangat senang karena lengkaplah sudah kebahagiaanku kali ini. Membuat lebih, dan lebih bersyukur kepada Allah SWT. “Terima kasih ya ALLAH.” Kataku dalam hati.
Cukup sampai di sini kisahku kali ini. Aku hanya ingin mengenag dan mengenang semunya di memoriku. Dan aku ingin membuat semua orang mengenangku dalam pikirannya. Apalah arti kita hidup, jika kita hanya merusak ciptaan tuhan dengan tidak menaati perintahnya?
Aku sanagt bahagia terlahir dari rahim ibu yag snagat mulia. Di bantu oleh perjuangan seorang ayah, dan hari-hari di temani oleh saudara, istri, dan anakku. Ada satu motivasi sekaligus motto dalam hidupku yang bunyinya seperti ini “Ke manapun kamu pergi ingat lah selalu orang tua karena orang tua yang mendidik kamu dari kecil.” Begitu besar perjuangan orang tua hingga akhirnya aku dapat menjadi yang sekarang. Terbukti pada waktu dulu aku senang, sedih, selalu ada orang tua di sampingku.
“Ya allah terima kasih atas berkah dan hidayah yang engkau limpahkan kepadaku sehingga aku dapat menjadi seperti sekarang ini. Engkau memberikan setelah kesusahan itu kemudahan. Memberikan lika-liku di dunia ini agar dapat menjadikan kami lebih baik. Memberikan hidup yang menurutku itu sudah melebihi sempurna. Sekali lagi, terima kasih ya allah. Mudah-mudahan kehidupanku lebih baik selanjutnya. Amin, amin ya rabbal alamin.” Doaku usai sholt bersama seorang istri yang menjadi makmum di belakangku.

Terima kasih ya allah, terima kasih dunia, terima kasih kepada seluruh alam ini yang telah memberiku kesempatan untuk beristirahat di sini. Semua tak akan seperti ini jika kamu tak ada untukku. Terima kasih telah mau untuk di pijak oleh jejak kakiku yang menyimpan banyak dosa di bumi ini. Aku berjanji suatu saat nanti, aku akan mengganti jejak kakiku yang tadinya penuh dosa menjadi lebih baik, amin…..
Thank you for all because you are, I can change my world

Tidak ada komentar:

Posting Komentar